Sabtu, 22 Mei 2010

Bagaimana Mengatasai Problema Anak Nakal ?

Bagaimana Mengatasai Problema Anak yang Nakal ?


Sebagai orangtua kita pasti mendambakan anak-anak yang patuh dan tidak nakal dalam kehidupan sehari-harinya. Namun banyak juga kita menemukan anak-anak yang nakal dan menyebabkan masalah bagi orangtua bahkan masyarakat. Tulisan berikut ini berusaha untuk memberi solusi dalam mengatasi problema anak nakal.
Selamat Membaca.

Pertama: Sikap Hati-hati dan Penuh Hikmah

Setiap anak pasti memiliki permasalah yang berbeda-beda dan orang tua wajib berhati-hati dan bijaksana dalam menghadapi setiap permasalahan yang terjadi terutama mengatasi kenakalan anak, agar tidak semakin rumit. Rasululloh teladan kita telah memberi contoh bagaimana beliau sangat bijaksana dalam mengatasi setiap gejolak rumah tangga sebagaimana yang telah dituturkan sebuah hadits dari Anas bin Malik bahwa pernah Nabi berada dirumah salah seorang isterinya kemudian ada salah seorang Umahatul mukminin mengirim sepiring makanan untuk Rasululloh Shallallohu ‘alaihi wasallam maka istri yang ada di rumah tersebut memukul tangan pembantu dan piring yang ada ditangan pembantu tersebut jatuh dan pecah, maka nabi mengumpulkan piring yang pecah dan memisahkan makanan dari piring yang pecah tersebut lalu beliau bersabda: Ibumu lagi cemburu. kemudian Nabi menahan pembantu  tersebut hingga istri yang memecahkan piring  menggantinya dengan piring yang masih utuh dan beliau menahan piring yang pecah di rumah istri yang mecahkannya.[1]
Bagaimana Rasululloh Shallallohu ‘alaihi wasallam dengan bijaksana dan penuh hikmah ketika menghadapi kecemburuan isterinya yang sedang membara, maka wajib bagi orang tua meneladani Rasululloh ketika menghadapi api fitnah yang menimpa rumah tangganya. Rasululloh Shallallohu ‘alaihi wasallam mengajarkan dangan cara bijaksana dan penuh hikmah menyelesaikan problem yang menimpanya, karena jika tidak, kondisi makin panas, suasana makin keruh dan api fitnah semakin menyala dan hubungan keluarga menjadi rusak serta kemelut makin meruncing sementara Alloh azza wa jalla tidak menyukai kerusakan.

Kedua: Pandai Menyesuaikan Diri

Antara suami dan istri dalam menyikapi kenakalan anak harus bijaksana dan bisa memahami serta mencari jalan keluar terhadap masalah yang dihadapi anak sehingga anak sadar bahwa dirinya sedang bermasalah.  Orang tua harus bisa menyesuaikan diri dan menyelami karakter anak agar bisa berinteraksi dengan baik kepada anak yang sedang bermasalah sehingga cepat mendapatkan jalan keluar.
Anak jangan biasa dipaksa untuk selalu menuruti keinginan dan kehendak orang tua akan tetapi orang tua harus pandai memahami dan menyelami dunia mereka. Bukan berarti orang tua harus mengalah dan membiarkan anak berani kepada orang tua namun kadang dalam menghadapi kenakalan anak, orang tua harus mengikuti dan menghayati perasaan dan emosi anak dalam rangka untuk melakukan pendekatan sehingga bisa menuntaskan masalah dengan baik.

Ketiga: Menjaga Lisan

Dalam mengatasi masalah kenakalan anak orang tua harus menghindari kata-kata kotor, ucapan jelek, hardikan dan cercaan, karena demikian itu akan menutup rapat-rapat pintu ketegangan dan permusuhan antara orang tua dengan anak. Karena kalau hal itu diketahui anak maka tidak menutup kemungkinan akan  kecewa dan balas dendam kepada orang tua, sehingga  orang tua akan menyesal. Rasululloh azza wa jalla bersabda: Bukankah manusia tersungkur mukanya didalam neraka Jahanam melainkan karena hasil buah lisannya.[2]
Oleh karena itu, menjaga lisan dan tidak mengeluarkan kata-kata kotor  saat marah ketika melihat anaknya nakal atau saat permasalahan rumah tangga terjadi merupakan suatu langkah tepat untuk mencari solusi   dan jalan keluar.

Keempat: Jangan Membuka Rahasia di Luar Rumah

Jika suami istri mempunyai problem rumah tangga dengan kenakalan anak maka masing-masing anggota keluarga harus pandai menyimpan rahasia, jangan suka memeberkan aib keluarga kepada keluarga suami ataupun keluarga istri, karena mereka tidak mengetahui akar permasalahan secara utuh dan gambaran problem secara menyeluruh hal itu bisa menimbulkan masalah baru karena masing-masing keluarga akan membela keluarganya dan menyalahkan pihak-pihak  lain maka masalahnya bukan berkurang malah bertambah melebar.
Oleh karena itu para suami istri harus pandai mengidentifikasikan masalah dan menyelesaikannya secara intern tanpa harus melibatkan orang lain, kalau ternyata masalah tidak bisa terselesaikan maka tidak mengapa menghadirkan pihak penengah yang adil baik dari pihak keluaarga istri maupun keluarga suami dengan memohon pertolongan kepada Alloh, mudah-mudahan segala masalah segera terselesaikan.

Kelima: Konsultasi Kepada Ahli Ilmu dan Pakar Ahli

Jika kedua pasangan menemukan jalan buntu dalam menyelesaikan masalah terutama dalam menghadapi kenakalan anak maka seharusnya kedua orang sepakat berkonsultasi kepada para ulama yang terpercaya ilmunya, insya Alloh para ulama tersebut akan membantu mencarikan jalan keluar. Biasanya orang yang sedang menghadapi masalah tidak bisa berfikir panjang dan tidak  mempunyai pendapat serta emosinya tidak stabil maka mereka sangat membutuhkan orang yang bisa membantu mereka,  Alloh azza wa jalla berfirman:

Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, Maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan. jika kedua orang hakam itu bermaksud Mengadakan perbaikan, niscaya Alloh memberi taufik kepada suami-isteri itu. Sesungguhnya Alloh Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. An Nisa’ 35).
Dengan konsultasi kepada orang shalih dan pakar ahli maka orang tua yang sedang panik akan mendapatkan jawaban tuntas atau langkah-langkah awal yang bisa mereka lakukan untuk mengatasi kenakalan anak sehingga bisa membuatnya tenang sejenak . Tetapi perlu dicatat sehebat apapun orang yang memberi solusi namun pada akhirnya masalah tidak akan bisa selesai kalau yang bersangkutan tidak mau menerapkan solusi yang telah diberikan.

Keenam: Rela Menerima Putusan Takdir

Beriman kepada takdir secara benar sangat membantu menenangkan pikiran dan meredam gejolak hati yang sedang galau menghadapi musibah dan kemelut hidup, karena sebesar apapun usaha yang dilakukan manusia pasti dibatasi oleh ketetapan takdir Alloh, dan segala sesuatu yang dikehendaki  Alloh pasti terjadi tidak ada satu makhlukpun yang mampu menghalangi dan mengelak darinya. Maka rela menerima putusan takdir, membuat hati tenang, pikiran tentram dan menghadapi masalah hidup dengan penuh keteguhan dan keberanian, sehingga cobaan hidup yang sangat beragam seperti tidak mempunyai anak, anak sedang sakit, anak nakal, konflik rumah tangga, perselingkuhan, suami atau istri malas beribadah, atau ingin menyekolahkan anak tidak mempunyai biaya dan yang lain sebagainya mampu tertanggulangi dan semuanya tetap bisa dihadapi dengan penuh kesabaran. Maka orang seperti ini akan mendapatkan ketentraman hidup di dunia dan kebahagiaan diakherat dengan mendapatkan karunia surga dan keridhaannya.
Oleh Ustadz Zainal Abidin, Lc.
Sumber : Buku “Untuk Anak Sholih”, buah karya Ust. Zaenal Abidin, Lc -hafidzahullohu ta’ala-



[1]. Shahih diriwayatkan Imam Bukhari dalam Shahihnya (5225), Imam Abu Daud dalam Sunannya   (3567), Imam Nasa’i dalam Sunannya (3955) dan Imam Ibnu Majah dalam Sunannya (2334).[2] . Shahih diriwayatkan Imam at-Tirmidzi dalam Sunannya (2616) Imam Ibnu Majah dalam Sunannya  ( 3973) dan dishahihkan Syaikh al-Bani dalam Irwaul Ghalil (413). 
artikel dicopy dari sini

0 tanggapan:

Posting Komentar

dipersilahkan untuk memberikan tanggapan, dengan memperhatikan adab sopan santun, dan ma'af jika saya tidak menampilkan komentar anda yang hanya ingin mengajak berdebat (kecuali jika memang perlu saya tanggapi akan saya berikan tanggapan) terima kasih