Ujian Hati 3
Area-area Ujian Hati
Setelah beberapa waktu yang lalu kita sudah membahas tentang Ma'na Ujian Hati, artikel selengkapnya bisa dilihat disini, dan sekarang kita akan melanjutkan pembahasan tentang Area-area Ujian Hati.
Zona atau area ujian hati sangat banyak, kami cukup mengisyaratkan secara sepintas lalu tentang sebagian di antaranya, kami perlu mengungkap zona-zona ini karena banyak di antara manusia yang beranggapan bahwa hati hanya diuji dengan syahwat dan kedurhakaan-kedurhakaan semata, di sini kita akan melihat bawa apa yang akan kami sampaikan ini termasuk dalam zona-zona yang di dalamnya menjadi ujian hati. Sebab Allah Ta’ala berfirman,
وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ (35) “Dan, kami akan menguji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya)” [Al-Anbiya’: 35]
Adapun di antara zona-zona yang di dalamnya menjadi ujian hati ialah:
Pertama: Ibadah
Ibadah seperti halnya shalat, shadaqah,puasa, haji, dan lain-lainnya bisa menjadi area ujian dan cobaan, yang di dalamnya terdapat ujian tentang realisasi ikhlas bagi Allah, bukan dimaksud untuk mencari perhatian manusia. Firman Allah,
وَقَدِمْنَا إِلَى مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَنْثُورًا (23)
“Dan, kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan” [Al-Furqan: 23]
Di dalam Hadits marfu’ disebutkan,
“Jauhilah oleh kalian syirik yang tersembunyi”
Maka para Shahabat bertanya “Wahai Rasulullah, apa syirik yang tersembunyi itu..?”
Beliau menjawab, “Seseorang berdiri lalu shalat dengan suara nyaring, karena untuk menampakkan kepada orang yang melihatnya, yang demikian itu disebut syirik yang tersembunyi” [dishahihkan Ibnu Khuzaimah dan lain-lainnya]
Dalam ibadah terdapat ujian dalam hal keabsahan dan pelaksanaannya, seperti yang diriwayatkan dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, juga ujian tentang realisasi ketaqwaan di dalamnya. Firman Allah Ta’ala,
وَلَكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَى (37)
“Tetapi keteqwaan dari kalian lah yang dapat mencapainya” [Al-Hajj: 37]
Ini merupakan bagian kecil dari ujian yang terjadi di area ini.
Kedua: Ilmu
Ini merupakan area yang yang subur bagi ujian hati, berapa banyak orang yang gagal melewati ujian ini ?, ada segolongan orang yang mencari ilmu karena Allah, kemudian niatnya berubah karena syahwat yang tersembunyi, karena menginginkan kekuasaan, ketenaran, ingin tampil lebih unggul dari orang lain, congkak dan sombong, agar pandai berdebat, mengalahkan lawan dan lain sebagainya.
Di dalam sebuah Hadits disebutkan,
“barang siapa mempelajari ilmu yang seharusnya ilmu untuk mencari Wajah Allah, dia tidak mempelajarinya melainkan untuk mendapatkan harta benda dunia, maka dia tidak akan mencium bau Surga pada hari kiamat” [diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Ibnu Majah, At-Tirmidzi menghasankannya].
Ketiga: Dakwah
Ini merupakan area ujian hati yang paling keras. Orang-orang yang terjun di medan dakwah adalah orang-orang yang paling keras dalam menghadapi ujian ini, ambisi untuk membimbing manusia, memperoleh ketenaran dan perasaan lebih unggul dari orang lain, semua merupakan ujian, yang justru membuat dakwah ini menjadi bumerang bagi pelakunya, kita berlindung kepada Allah dari hal yang demikian itu, begitu pula ujian menarik diri dari medan dakwah atau menggiring dakwah itu kepada selain keridhaan Allah, merupakan penyakit yang kronis.
Keempat: Berdebat dab Berbantah-bantahan
Ini merupakan tempat penggembalaan syaithan dan lahannya untuk bercocok tanam, karena itulah Allah mengingatkan dan memberi tahukan kita cara yang paling ideal dalam berdebat, dengan berfirman,
وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ (125)
“Dan, bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik” [An-Nahl: 125]
Boleh jadi latar belakang awal untuk berdebat ialah menolong kebenaran, akan tetapi kemudian berubah menjadi senjata untuk menolong hawa nafsu, di sinilah letak persembunyian penyakit, Firman Allah,
وَلَا تُجَادِلُوا أَهْلَ الْكِتَابِ إِلَّا بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ (46)
“Dan, janganlah kalian berdebat dengan ahlul kitab, melainkan dengan cara yang lebih baik” [Al-Ankabut: 46]
Benar apa yang dikatakan Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu,
“Berbantah-bantahan merupakan kejahatan seluruhnya”
Kelima: Syahwat
Saya sengaja mengakhirkan area syahwat ini, karena kebanyakan manusia mengabaikan ujian hati karena syahwat harta, kendaraan, istri, anak, dan keturunan. Tidak diragukan bahwa semua itu merupakan ujian dan cobaan, firman Allah Ta’ala,
إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ (15)
“Sesungguhnya harta kalian dan anak-anak kalian hanyalah cobaan (bagi kalian)” [At-Taghobun: 15]
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersbda,
“Sesungguhnya dunia ini manis dan segar, dan sesungguhnya Allah menjadikan kalian khalifah di permukaannya, seraya melihat bagaimana kalian beramal, maka jauhilah dunia dan takutlah wanita, karena cobaan Bani Israil terjadi karena wanita” [Diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Sa’id Al-Khudri]
Tapi yang sydah dijelaskan di atas lebih besar pengaruhnya terhadap penyakit-penyakit hati dan yang merampas kesehatannya.
Keenam: Syubhat
Ini merupakan area yang luas dri area-area penyakit hati dan yang menyebabkan timbulnya penyakit-penyakit tersebut, seperti yang sudah disinggung di atas.
Ketujuh: Kekuasaan dan Kedudukan
Berapa banyak jiwa yang berubah, berapa banyak hati yang saling membenci karena area ini, yan g hampir tak seorangpun dapat membebaskan diri darinya, dengki, cemburu, iri, dan tipu daya, yang pemicunya adalah masalah ini.
Kedelapan: Nasab dan Keturunan
Ini merupakan lahan yang sangat subur untuk menumbuhkan penyakit-penyakit hati. Membanggakan diri, sombong dan congkak merupakan penyakit-penyakit hati yang bermula dari lahan ini, yang di sana lah ia tumbuh berbuah dan berkembang-biak.
Sebelum memasuki uraian dan penjelasan tentang penyakit-penyakit hati ini, ada baiknya di sini kami sampaikan beberapa catatan penting:
Jika seseorang mengetahui penyakit-penyakit ini, hendaknya ia menyampaikannya kepada manusia dan memperingatkannya, karena siapa yang melakukan hal itu dia termasuk orang yang murah hati, sesungguhnya amal hati itu bagi Allah. Allah berfirman menyeru Nabi-Nya sehubungan dengan orang-orang munafik,
أُولَئِكَ الَّذِينَ يَعْلَمُ اللَّهُ مَا فِي قُلُوبِهِمْ فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ وَعِظْهُمْ وَقُلْ لَهُمْ فِي أَنْفُسِهِمْ قَوْلًا بَلِيغًا (63)
“Mereka itu orang-orang yang Allah mengetahui apa yang ada di dalam hati mereka, karena itu berpalinglah kalian dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbeka pada jiwa mereka” [An-Nisa’: 63]
Ya benar, kita harus mengetahui penyakit-penyakit itu, lalu kita harus membenahi hati kita dan membersihkannya dari penyakit-penyakit tersebut.
Di samping peringatan ini, manusia juga tidak perlu menyibukkan diri dengan hati orang lain dengan melupakan hatinya sendiri. Hendaknya kita menyimak baik-baik kisah yang memberikan pelajaran berikut ini,
Dari Usamah bin Zaid Radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mengutus kami ke Al-Hurqah, kami berpapasan dengan mereka dan kami berhasil mengalahkan mereka. Aku bersama seseorang dari Anshar mengejar seorang dari mereka, setelah kami dapat menguasai dirinya, maka dia mengucapkan La Ilaha illallah, orang anshar rekanku tidak mau bertindak apapun terhadap orang tersebut, tapi aku tetap saja menikamkan tombakku hingga membuatnya mati, setelah kami tiba di Madinah, peristiwa ini didengar Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, maka Beliau bersabda kepadaku, “Wahai Usamah, apakah engkau sudah membunuh orang yang sudah mengucapkan La Ilaha illallah ?” Beliau terus menerus menyempaikan pertanyaan itu kepadaku, sehingga aku berharap sekiranya aku belum masuk Islam saat itu”
Dalam suatu riwayat Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepada Usamah bin Zaid, “Mengapa tidak engkau belah hatinya supaya engkau dapat mengetahui apa yang dikatakannya itu benar atau tidak ?” [diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim]
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا ضَرَبْتُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَتَبَيَّنُوا وَلَا تَقُولُوا لِمَنْ أَلْقَى إِلَيْكُمُ السَّلَامَ لَسْتَ مُؤْمِنًا تَبْتَغُونَ عَرَضَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فَعِنْدَ اللَّهِ مَغَانِمُ كَثِيرَةٌ كَذَلِكَ كُنْتُمْ مِنْ قَبْلُ فَمَنَّ اللَّهُ عَلَيْكُمْ فَتَبَيَّنُوا (94)
“hai orang-orang yang beriman, apabila kalian pergi (berperang) di jalan Allah, maka telitilah dan janganlah kalian mengatakan kepada orang yang mengucapkan ‘salam’ kepada kalian, ‘kalian bukan orang Mukmin’, (lalu kalian membunuhnya), dengan maksud mencari harta benda kehidupan dunia, karena di sisi Allah ada harta yang banyak, begitu jugalah keadaan kalian dahulu, lalu Allah menganugerahkan nikmat-Nya atas kalian, maka telitilah” [An-Nisa’: 94]
Jadi masalah ini tidak dianggap remeh dan sepele.
Kita harus merasa peduli untuk menjelaskan penyakit-penyakit ini kepada manusia dan kita harus menunjukkan kepada mereka jalan yang dapat menyelamatkan darinya, banyak di antara mereka yang hidup dalam kelalaian secara total, karena mereka lebih menjaga diri dari penyakit-penyakit yang tampak dari pada menjaga diri dari penyakit hati.
Di sana ada beberapa sebab bagi munculnya penyakit-penyakit hatidan hal-hal yang merusaknya, di antaranya yang terpenting:
• Kebodohan
• Cobaan
• Syahwat dan kedurhakaan-kedurhakaan
• Kelalaian berdzikir kepada Allah
• Hawa nafsu
• Teman yang buruk
• Memakan yang haram, seperti riba’, sogok, dan lain sebagainya
• Mengumbar pandangan mata kepada hal-hal yang diharamkan allah
• Ghibah dan mengadu domba
• Menyibukkan diri dengan urusan duniadan menjadikannya sebagai hasrat dan tujuannya
Insya’Allah akan bersambung ke pembahasan “Jenis-jenis Penyakit Hati”
Ditulis ulang oleh Bapak’e Hanifah, pada hari Selasa, tanggal 8 Rabi’ul Awal 1433 H / 31 Januari 2011 M
Dengan penambahan text ayat Al-Qur’an dan Hadits serta sedikit koreksi
Artikel diambil dari Buku Saku yang berjudul “Ujian Hati”
Penerbit DARUL FALAH
Judul Asli: “Imtihanul Qolbi”
Penulis: Dr. Nashir bin Sulaiman Al-Umar
Penerbit : DARUL-WATHAN, Riyadh
Area-area Ujian Hati
Setelah beberapa waktu yang lalu kita sudah membahas tentang Ma'na Ujian Hati, artikel selengkapnya bisa dilihat disini, dan sekarang kita akan melanjutkan pembahasan tentang Area-area Ujian Hati.
Zona atau area ujian hati sangat banyak, kami cukup mengisyaratkan secara sepintas lalu tentang sebagian di antaranya, kami perlu mengungkap zona-zona ini karena banyak di antara manusia yang beranggapan bahwa hati hanya diuji dengan syahwat dan kedurhakaan-kedurhakaan semata, di sini kita akan melihat bawa apa yang akan kami sampaikan ini termasuk dalam zona-zona yang di dalamnya menjadi ujian hati. Sebab Allah Ta’ala berfirman,
وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ (35) “Dan, kami akan menguji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya)” [Al-Anbiya’: 35]
Adapun di antara zona-zona yang di dalamnya menjadi ujian hati ialah:
Pertama: Ibadah
Ibadah seperti halnya shalat, shadaqah,puasa, haji, dan lain-lainnya bisa menjadi area ujian dan cobaan, yang di dalamnya terdapat ujian tentang realisasi ikhlas bagi Allah, bukan dimaksud untuk mencari perhatian manusia. Firman Allah,
وَقَدِمْنَا إِلَى مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَنْثُورًا (23)
“Dan, kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan” [Al-Furqan: 23]
Di dalam Hadits marfu’ disebutkan,
“Jauhilah oleh kalian syirik yang tersembunyi”
Maka para Shahabat bertanya “Wahai Rasulullah, apa syirik yang tersembunyi itu..?”
Beliau menjawab, “Seseorang berdiri lalu shalat dengan suara nyaring, karena untuk menampakkan kepada orang yang melihatnya, yang demikian itu disebut syirik yang tersembunyi” [dishahihkan Ibnu Khuzaimah dan lain-lainnya]
Dalam ibadah terdapat ujian dalam hal keabsahan dan pelaksanaannya, seperti yang diriwayatkan dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, juga ujian tentang realisasi ketaqwaan di dalamnya. Firman Allah Ta’ala,
وَلَكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَى (37)
“Tetapi keteqwaan dari kalian lah yang dapat mencapainya” [Al-Hajj: 37]
Ini merupakan bagian kecil dari ujian yang terjadi di area ini.
Kedua: Ilmu
Ini merupakan area yang yang subur bagi ujian hati, berapa banyak orang yang gagal melewati ujian ini ?, ada segolongan orang yang mencari ilmu karena Allah, kemudian niatnya berubah karena syahwat yang tersembunyi, karena menginginkan kekuasaan, ketenaran, ingin tampil lebih unggul dari orang lain, congkak dan sombong, agar pandai berdebat, mengalahkan lawan dan lain sebagainya.
Di dalam sebuah Hadits disebutkan,
“barang siapa mempelajari ilmu yang seharusnya ilmu untuk mencari Wajah Allah, dia tidak mempelajarinya melainkan untuk mendapatkan harta benda dunia, maka dia tidak akan mencium bau Surga pada hari kiamat” [diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Ibnu Majah, At-Tirmidzi menghasankannya].
Ketiga: Dakwah
Ini merupakan area ujian hati yang paling keras. Orang-orang yang terjun di medan dakwah adalah orang-orang yang paling keras dalam menghadapi ujian ini, ambisi untuk membimbing manusia, memperoleh ketenaran dan perasaan lebih unggul dari orang lain, semua merupakan ujian, yang justru membuat dakwah ini menjadi bumerang bagi pelakunya, kita berlindung kepada Allah dari hal yang demikian itu, begitu pula ujian menarik diri dari medan dakwah atau menggiring dakwah itu kepada selain keridhaan Allah, merupakan penyakit yang kronis.
Keempat: Berdebat dab Berbantah-bantahan
Ini merupakan tempat penggembalaan syaithan dan lahannya untuk bercocok tanam, karena itulah Allah mengingatkan dan memberi tahukan kita cara yang paling ideal dalam berdebat, dengan berfirman,
وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ (125)
“Dan, bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik” [An-Nahl: 125]
Boleh jadi latar belakang awal untuk berdebat ialah menolong kebenaran, akan tetapi kemudian berubah menjadi senjata untuk menolong hawa nafsu, di sinilah letak persembunyian penyakit, Firman Allah,
وَلَا تُجَادِلُوا أَهْلَ الْكِتَابِ إِلَّا بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ (46)
“Dan, janganlah kalian berdebat dengan ahlul kitab, melainkan dengan cara yang lebih baik” [Al-Ankabut: 46]
Benar apa yang dikatakan Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu,
“Berbantah-bantahan merupakan kejahatan seluruhnya”
Kelima: Syahwat
Saya sengaja mengakhirkan area syahwat ini, karena kebanyakan manusia mengabaikan ujian hati karena syahwat harta, kendaraan, istri, anak, dan keturunan. Tidak diragukan bahwa semua itu merupakan ujian dan cobaan, firman Allah Ta’ala,
إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ (15)
“Sesungguhnya harta kalian dan anak-anak kalian hanyalah cobaan (bagi kalian)” [At-Taghobun: 15]
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersbda,
“Sesungguhnya dunia ini manis dan segar, dan sesungguhnya Allah menjadikan kalian khalifah di permukaannya, seraya melihat bagaimana kalian beramal, maka jauhilah dunia dan takutlah wanita, karena cobaan Bani Israil terjadi karena wanita” [Diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Sa’id Al-Khudri]
Tapi yang sydah dijelaskan di atas lebih besar pengaruhnya terhadap penyakit-penyakit hati dan yang merampas kesehatannya.
Keenam: Syubhat
Ini merupakan area yang luas dri area-area penyakit hati dan yang menyebabkan timbulnya penyakit-penyakit tersebut, seperti yang sudah disinggung di atas.
Ketujuh: Kekuasaan dan Kedudukan
Berapa banyak jiwa yang berubah, berapa banyak hati yang saling membenci karena area ini, yan g hampir tak seorangpun dapat membebaskan diri darinya, dengki, cemburu, iri, dan tipu daya, yang pemicunya adalah masalah ini.
Kedelapan: Nasab dan Keturunan
Ini merupakan lahan yang sangat subur untuk menumbuhkan penyakit-penyakit hati. Membanggakan diri, sombong dan congkak merupakan penyakit-penyakit hati yang bermula dari lahan ini, yang di sana lah ia tumbuh berbuah dan berkembang-biak.
Sebelum memasuki uraian dan penjelasan tentang penyakit-penyakit hati ini, ada baiknya di sini kami sampaikan beberapa catatan penting:
Jika seseorang mengetahui penyakit-penyakit ini, hendaknya ia menyampaikannya kepada manusia dan memperingatkannya, karena siapa yang melakukan hal itu dia termasuk orang yang murah hati, sesungguhnya amal hati itu bagi Allah. Allah berfirman menyeru Nabi-Nya sehubungan dengan orang-orang munafik,
أُولَئِكَ الَّذِينَ يَعْلَمُ اللَّهُ مَا فِي قُلُوبِهِمْ فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ وَعِظْهُمْ وَقُلْ لَهُمْ فِي أَنْفُسِهِمْ قَوْلًا بَلِيغًا (63)
“Mereka itu orang-orang yang Allah mengetahui apa yang ada di dalam hati mereka, karena itu berpalinglah kalian dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbeka pada jiwa mereka” [An-Nisa’: 63]
Ya benar, kita harus mengetahui penyakit-penyakit itu, lalu kita harus membenahi hati kita dan membersihkannya dari penyakit-penyakit tersebut.
Di samping peringatan ini, manusia juga tidak perlu menyibukkan diri dengan hati orang lain dengan melupakan hatinya sendiri. Hendaknya kita menyimak baik-baik kisah yang memberikan pelajaran berikut ini,
Dari Usamah bin Zaid Radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mengutus kami ke Al-Hurqah, kami berpapasan dengan mereka dan kami berhasil mengalahkan mereka. Aku bersama seseorang dari Anshar mengejar seorang dari mereka, setelah kami dapat menguasai dirinya, maka dia mengucapkan La Ilaha illallah, orang anshar rekanku tidak mau bertindak apapun terhadap orang tersebut, tapi aku tetap saja menikamkan tombakku hingga membuatnya mati, setelah kami tiba di Madinah, peristiwa ini didengar Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, maka Beliau bersabda kepadaku, “Wahai Usamah, apakah engkau sudah membunuh orang yang sudah mengucapkan La Ilaha illallah ?” Beliau terus menerus menyempaikan pertanyaan itu kepadaku, sehingga aku berharap sekiranya aku belum masuk Islam saat itu”
Dalam suatu riwayat Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepada Usamah bin Zaid, “Mengapa tidak engkau belah hatinya supaya engkau dapat mengetahui apa yang dikatakannya itu benar atau tidak ?” [diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim]
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا ضَرَبْتُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَتَبَيَّنُوا وَلَا تَقُولُوا لِمَنْ أَلْقَى إِلَيْكُمُ السَّلَامَ لَسْتَ مُؤْمِنًا تَبْتَغُونَ عَرَضَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فَعِنْدَ اللَّهِ مَغَانِمُ كَثِيرَةٌ كَذَلِكَ كُنْتُمْ مِنْ قَبْلُ فَمَنَّ اللَّهُ عَلَيْكُمْ فَتَبَيَّنُوا (94)
“hai orang-orang yang beriman, apabila kalian pergi (berperang) di jalan Allah, maka telitilah dan janganlah kalian mengatakan kepada orang yang mengucapkan ‘salam’ kepada kalian, ‘kalian bukan orang Mukmin’, (lalu kalian membunuhnya), dengan maksud mencari harta benda kehidupan dunia, karena di sisi Allah ada harta yang banyak, begitu jugalah keadaan kalian dahulu, lalu Allah menganugerahkan nikmat-Nya atas kalian, maka telitilah” [An-Nisa’: 94]
Jadi masalah ini tidak dianggap remeh dan sepele.
Kita harus merasa peduli untuk menjelaskan penyakit-penyakit ini kepada manusia dan kita harus menunjukkan kepada mereka jalan yang dapat menyelamatkan darinya, banyak di antara mereka yang hidup dalam kelalaian secara total, karena mereka lebih menjaga diri dari penyakit-penyakit yang tampak dari pada menjaga diri dari penyakit hati.
Di sana ada beberapa sebab bagi munculnya penyakit-penyakit hatidan hal-hal yang merusaknya, di antaranya yang terpenting:
• Kebodohan
• Cobaan
• Syahwat dan kedurhakaan-kedurhakaan
• Kelalaian berdzikir kepada Allah
• Hawa nafsu
• Teman yang buruk
• Memakan yang haram, seperti riba’, sogok, dan lain sebagainya
• Mengumbar pandangan mata kepada hal-hal yang diharamkan allah
• Ghibah dan mengadu domba
• Menyibukkan diri dengan urusan duniadan menjadikannya sebagai hasrat dan tujuannya
Insya’Allah akan bersambung ke pembahasan “Jenis-jenis Penyakit Hati”
Ditulis ulang oleh Bapak’e Hanifah, pada hari Selasa, tanggal 8 Rabi’ul Awal 1433 H / 31 Januari 2011 M
Dengan penambahan text ayat Al-Qur’an dan Hadits serta sedikit koreksi
Artikel diambil dari Buku Saku yang berjudul “Ujian Hati”
Penerbit DARUL FALAH
Judul Asli: “Imtihanul Qolbi”
Penulis: Dr. Nashir bin Sulaiman Al-Umar
Penerbit : DARUL-WATHAN, Riyadh
0 tanggapan:
Posting Komentar
dipersilahkan untuk memberikan tanggapan, dengan memperhatikan adab sopan santun, dan ma'af jika saya tidak menampilkan komentar anda yang hanya ingin mengajak berdebat (kecuali jika memang perlu saya tanggapi akan saya berikan tanggapan) terima kasih