Jangan Sotoy...!
Bismillah..
Dengan menyebut Asma Allah سبحانه وتعالى saya memulai
tulisan ini dengan mengharap rahmat dan redha Allah سبحانه
وتعالى
Alhamdulillah segala puji hanya
milik Allah سبحانه وتعالى atas segala ni’mat yang Allah سبحانه وتعالى karuniakan kepada
kita, shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi kita Muhammad صلى الله عليه وسلم dan
keluarga Beliau, para shahabat, serta ummatnya yang senantiasa selalu mengikuti
sunnah-sunnahnya dengan baik.
Sengaja saya menulis risalah ini
dengan judul “Jangan Sotoy...!” sekedar mengingatkan diri saya sendiri dan
saudara-saudara saya yang berkesempatan membaca tulisan saya ini, mengingat betapa
pentingnya untuk kita bahas, dalam rangka untuk saling memberikan wasiat.
Saya tertarik menulis risalah ini
berawal dari sebuah kalimat yang berbunyi “Saya Tidak Tau”
Sebuah kalimat yang sangat berat
diucapkan oleh seseorang yang cinta popularitas atau mungkin juga orang bodoh
tapi sok tau alias merasa pintar, ketika ditanya tentang suatu permasalahan
kemudian ia berusaha menjawab dengan kebodohannya, dan malu untuk mengakui
ketidak tauannya dengan berkata “Saya Tidak Tau”, namun dia berusaha menutupi
kebodohan dengan kebodohan, memaksakan diri untuk menjawab pertanyaan yang
diajukan kepadanya (padahal tidak mengetahui ilmunya)
Kalau memang tidak tau kenapa harus
malu untuk mengatakan “Saya Tidak Tau” ?
Atau karena ingin menunjukkan diri
agar orang lain menganggap dirinya orang yang berilmu ?
Atau takut harga dirinya jatuh hanya
karena mengucapkan kalimat tersebut ?
Atau alasan-alasan lain yang ia
sembunyikan dalam hatinya dengan kedok menjawab semua pertanyaan yang diajukan
kepadanya walaupun harus menjawab dengan tanpa ilmu alias “Sok Tau”
Pembaca yang dimuliakan Allah سبحانه وتعالى
Bahwa Syari’at Islam sangat mencela
dan melarang seseorang berbicara tanpa ilmu
Allah سبحانه
وتعالى berfirman:
قُلْ إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا
بَطَنَ وَاْلإِثْمَ وَالْبَغْىَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَن تُشْرِكُوا بِاللهِ مَا
لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللهِ مَا لاَ تَعْلَمُونَ
Katakanlah: “Rabbku hanya mengharamkan
perbuatan yang keji, baik yang nampak maupun yang tersembunyi, dan perbuatan
dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan)
mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk
itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa saja yang tidak kamu
ketahui (berbicara tentang Allah tanpa ilmu)”[1]
Perhatikan pula firman Allah سبحانه
وتعالى :
وَلاَ تَقُولُوا لِمَا تَصِفُ أَلْسِنَتُكُمُ الْكَذِبَ هَذَا حَلاَلٌ
وَهَذَا حَرَامٌ لِّتَفْتَرُوا عَلَى اللهِ الْكَذِبَ إِنَّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ
عَلَى اللهِ الْكَذِبَ لاَ يُفْلِحُونَ
“Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa
yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta “ini halal dan ini haram”, untuk
mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang yang
mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung”[2]
Allah سبحانه
وتعالى juga berfirman:
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ
وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
“Dan
janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta
pertanggungan jawabnya ” [3]
Dalam sebuah ungkapan Arab dikatakan
فاقِدُ الشيء لا يُعْطِيه
“Orang yang tidak
memiliki sesuatu maka dia tidak bisa memberikan apa-apa”[4]
Bagaimana mungkin seseorang yang tidak
memiliki ilmu akan bisa memberi ilmu ? tidak mungkin.
Untuk itulah Al-Imam Al-Bukhary رحمه الله تعالى menulis sebuah Bab dalam
kitab Shahihnya
باب العلم قبل
القول والعمل
“Bab
ilmu sebelum berkata dan beramal”
Bahwa Beliau mengisyaratkan betapa pentingnya
ilmu bagi seorang hamba di dalam kehidupannya
Lalu apa yang dimaksud dengan ilmu ?
Yang dimaksud dengan ilmu disini adalah dalil,
baik dari Al-Qur’an maupun hadits Nabi صلى الله عليه وسلم . Syaikhul Islam Ahmad bin Abdul Halim
al-Harrani رحمه الله تعالى mengatakan:
العِلمَ مَا قَامَ عَلَيْهِ الدَّلِيلُ وَالنَّافِعُ مِنْهُ مَا جَاءَ
بِهِ الرَّسُولُ
“Ilmu adalah apa-apa yang berdiri diatas dalil
(sesuatu yang berdasarkan dalil), sedangkan ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang dibawa oleh Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam”[5]
Dan Syari’at telah memerintahkan kita agar
kita memiliki ilmu, yaitu dengan belajar mendatangi majlis-majlis ilmu,
bertanya kepada ahlinya jika kita tidak tau,
Sebagaimana firman Allah سبحانه
وتعالى :
فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
“Bertanyalah kepada
ahli ilmu jika engkau tidak tahu”[6]
Allah سبحانه
وتعالى berfirman :
قُلْ
هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ۗ
Katakanlah: “Adakah sama
orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?”[7]
Sebuah pertanyaan yang tidak membutuhkan
jawaban, karena tidak sama dan tidak akan pernah sama selama-lamanya antara
orang yang berilmu dengan orang yang tidak memiliki ilmu,
Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
“Menuntut ilmu merupakan kewajiban atas setiap
muslim”[8]
Karena akibat seseorang tidak memiliki ilmu
maka dia akan tersesat atau bisa juga menyesatkan orang lain, ketika ditanya
tentang suatu perkara kemudian ia menjawab dengan tanpa ilmu,
Allah سبحانه
وتعالى berfirman:
وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنِ اتَّبَعَ هَوَاهُ بِغَيْرِ هُدًى مِّنَ اللهِ
“Dan siapakah yang lebih sesat dari pada
orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah
sedikitpun”[9]
Sebagaimana disebutkan pula dalam hadits.
Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
إِنَّ اللَّهَ لَا يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ
الْعِبَادِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَا لَمْ
يُبْقِ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالاً فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا
بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا
“Sesungguhnya Allah tidak akan mencabut ilmu
dari hamba-hambaNya sekaligus, tetapi Dia akan mencabut ilmu dengan mematikan
para ulama’. Sehingga ketika Allah tidak menyisakan seorang ‘alim-pun,
orang-orang-pun mengangkat pemimpin-pemimpin yang bodoh. Lalu para pemimpin itu
ditanya, kemudian mereka berfatwa tanpa ilmu, sehingga mereka menjadi sesat dan
menyesatkan orang lain”
Dan
juga Rasulullah صلى الله عليه وسلم mengisahkan:
كَانَ فِيمَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ
رَجُلٌ قَتَلَ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ نَفْسًا فَسَأَلَ عَنْ أَعْلَمِ أَهْلِ
الأَرْضِ فَدُلَّ عَلَى رَاهِبٍ فَأَتَاهُ فَقَالَ إِنَّهُ قَتَلَ تِسْعَةً
وَتِسْعِينَ نَفْسًا فَهَلْ لَهُ مِنَ تَوْبَةٍ فَقَالَ لاَ. فَقَتَلَهُ فَكَمَّلَ
بِهِ مِائَةً
“Dulu sebelum kalian ada seseorang yang telah
membunuh sembilan puluh sembilan jiwa, dan dia pun ingin bertaubat kemudian
bertanya siapa orang yang berilmu di muka bumi ini, maka dia ditunjukkan kepada
seorang rahib (ahli ibadah) lalu dia pun mendatangi sang rahib tersebut dan
bertanya bahwasanya dia telah membunuh sembilan puluh sembilan jiwa apakah
masih diterima taubatnya, maka sang rahib pun menjawab tidak, kemudian sang
rahib pun dibunuhnya sehingga genaplah ia membunuh seratus nyawa..”[10]
Untuk itu marilah kita berusaha untuk memiliki
ilmu, dengan selalu menuntut ilmu sepanjang hayat belajar dan terus belajar sampai
ajal menjemput, agar jangan sampai menjadi orang sesat apalagi menjadi
penyesat, na’udzu billahi min dzalik, dan katakan tidak tau jika memang tidak
tau, jangan pernah menutupi kebodohan dengan melakukan kebodohan yaitu
berbicara tanpa ilmu karena akan berakibat buruk pada akhirnya.
Perhatikan nasehat Ibnu Mas’ud رضى الله عنهما :
إذا سئل أحدكم عما لا يدري فليقل لا أعلم فإنه
ثلث العلم
“apabila salah seorang
diantara kalian ditanya tentang sesuatu perkara yang tidak ia ketahui hendaknya
ia berkata Aku Tidak Tau karena ia adalah sepertiga dari ilmu”[11]
Berkata
pula Asy-Sya’biy رحمه الله تعالى :
لا أدري نصف العلم
“ucapan Aku Tidak Tau itu setengah dari ilmu”[12]
Dan
hendaknya yang harus selalu kita ingat bahwa segala apa yang kita perbuat akan
dimintai tanggung jawabnya kelak pada hari pembalasan,
Sebagaimana firman Allah سبحانه وتعالى yang sudah kita sebutkan diatas:
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ
وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
“Dan
janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta
pertanggungan jawabnya ” [13]
Dan
ancaman dalam ayat tersebut mencakup apa yang kita ucapkan,
Dengan
demikian atas dasar apa yang saya paparkan diatas kembali saya ingatkan
terutama diri saya pribadi jangan kita menjadi orang yang Sok Tau, apalagi masalah Agama jangan pernah
kita berbicara tanpa ilmu, kalaupun seandainya kita ditanya tentang suatu
permasalahan maka berusahalah menjawab sesuai apa yang kita ketahui, dan jika
memang tidak tau maka jangan malu untuk mengatakan “Saya Tidak Tau”,
wallahu
a’lamu bishshawab,
Mudah-mudahan
apa yang saya tulis bermanfaat, yang benar datangnya dari Allah سبحانه وتعالى dan yang salah
adalah karena kebodohan saya dan dari syaitan, untuk itu jika pembaca menjumpai
apa yang saya tulis ini ada kesalahan sudilah kiranya untuk menyampaikan kepada
saya, terima kasih atas perhatiannya, syukran jazakumullahu khairan.
ditulis
di
Cileungsi, pada tanggal 14 Rabi’ul Awal 1434 H, atau tanggal 26 Januari 2013 M
Akhukum
fillah
Abu
Hanifah ‘Alim bin Iryani Heri Atmaja bin Martadimulya bin Mangunharja bin
Mangun Ali Mudi Al-Bantuliy
[1] Surat
Al-A’raf Ayat 33
[2] Surat
An-Nahl Ayat 116
[3] Surat
Al-Isra’ Ayat 36
[4] Dinukil oleh syaikh al-Albani dalam kitab “at-Tawassul,
‘anwaa’uhu wa ahkaamuhu” (hal. 74).
[5] Majmu’ Fatawa, Syamilah, jilid 6, hal. 388
[6] Surat
An-Nahl Ayat 43 & Surat Al-Anbiya’ Ayat 7
[7] Surat
Az-Zumar Ayat 9
[8] Hadits
Riwayat Ibnu Majah no:224, dan lainnya dari Anas bin Malik.
Dishahihkan oleh Syeikh Al-Albani
[9] Surat
Al-Qashshash Ayat 50
[10] Hadits
Riwayat Imam Muslim No. 7184
[11] أحاديث في ذم الكلام و أهله 3/506
[12] أحاديث في ذم الكلام و أهله 3/505
[13] Surat
Al-Isra’ Ayat 36
2 tanggapan:
Assalamualaikum Warahmatullahi Wa Baarakatuh,
Iya sih, apalagi tu di mesjid-mesjid kalo kasih ceramah suka ngarang aja jawaban nya.. coba aja di debat, pasti bakalan ngamuk tu.. hehehe
Mas Bantully, ini saya Ari. Saya ganti blog mas..
Baarakallhufyk
@mas Ari
wa'alikumussalamu warahmatullah wabarakatuh
ya begitullah..
hweheheheh
fika barakallah
Posting Komentar
dipersilahkan untuk memberikan tanggapan, dengan memperhatikan adab sopan santun, dan ma'af jika saya tidak menampilkan komentar anda yang hanya ingin mengajak berdebat (kecuali jika memang perlu saya tanggapi akan saya berikan tanggapan) terima kasih