Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
من يرد الله به خيرا يفقهه في الدين
Barangsiapa yang Allah kehendaki baginya kebaikan maka Dia akan memahamkan
baginya agama (Islam). [1]
Hadits yang mulia ini menunjukkan agungnya kedudukan ilmu agama dan
keutamaan yang besar bagi orang yang mempelajarinya, sehingga Imam
an-Nawawi dalam kitabnya Riyadhush Shalihin [2], pada pembahasan Keutamaan
Ilmu mencantumkan hadits ini sebagai hadits yang pertama.
Imam an-Nawawi berkata: Hadits ini menunjukkan keutamaan ilmu (agama) dan
keutamaan mempelajarinya, serta anjuran untuk menuntut ilmu. [3]
Imam Ibnu Hajar al-Asqalaani berkata: Dalam hadits ini terdapat keterangan
yang jelas tentang keutamaan orang-orang yang berilmu di atas semua
manusia, dan keutamaan mempelajari ilmu agama di atas ilmu-ilmu lainnya. [4]
Mutiara hikmah yang dapat kita petik dari hadits ini adalah:
Ilmu yang disebutkan keutamaannya dan dipuji oleh Allah Taala dan Rasul-Nya
adalah ilmu agama. [5]
Salah satu ciri utama orang yang akan mendapatkan taufik dan kebaikan dari
Allah shallallahu alaihi wa sallam adalah dengan orang tersebut berusaha
mempelajari dan memahami petunjuk Allah Taala dan Rasul-Nya shallallahu
alaihi wa sallam dalam agama Islam. [6]
Orang yang tidak memiliki keinginan untuk mempelajari ilmu agama akan
terhalangi untuk mendapatkan kebaikan dari Allah Taala. [7]
Yang dimaksud dengan pemahaman agama dalam hadits ini adalah
ilmu/pengetahuan tentang hukum-hukum agama yang mewariskan amalan shaleh,
karena ilmu yang tidak dibarengi dengan amalan shaleh bukanlah merupakan
ciri kebaikan. [8]
Memahami petunjuk Allah Taala dan Rasul-Nya shallallahu alaihi wa sallam
dengan benar merupakan penuntun bagi manusia untuk mencapai derajat takwa
kepada Allah Taala. [9]
Pemahaman yang benar tentang agama Islam hanyalah bersumber dari Allah
semata, oleh karena itu hendaknya seorang muslim disamping giat menuntut
ilmu, selalu berdoa dan meminta pertolongan kepada Allah Taala agar
dianugerahkan pemahaman yang benar dalam agama. [10]
***
Penulis: Ustadz Abdullah Taslim, M.A.
Artikel www.muslim.or.id
Footnote:
[1] HSR al-Bukhari (no. 2948) dan Muslim (no. 1037).
[2] 2/463- Bahjatun Naazhiriin.
[3] Syarah Shahih Muslim (7/128).
[4] Fathul Baari (1/165).
[5] Lihat keterangan Syaikh Muhammad bin Shaleh al-Utsaiman dalam kitab
al-Ilmu (hal. 9).
[6] Lihat kitab Miftaahu Daaris Saaadah (1/60).
[7] Lihat kitab Fathul Baari (1/165) dan Miftaahu Daaris Saaadah (1/60).
[8] Lihat kitab Miftaahu Daaris Saaadah (1/60).
[9] Lihat kitab Syarah Shahih Muslim (7/128) dan Faidhul Qadiir (3/510).
[10] Lihat Bahjatun Naazhiriin (2/463).
--
0 tanggapan:
Posting Komentar
dipersilahkan untuk memberikan tanggapan, dengan memperhatikan adab sopan santun, dan ma'af jika saya tidak menampilkan komentar anda yang hanya ingin mengajak berdebat (kecuali jika memang perlu saya tanggapi akan saya berikan tanggapan) terima kasih