Nasehatilah Saudaramu dengan Baik..
إن الحمد لله
نحمده ونستعينه ونستغفره ، ونعوذ به تعالي من شرور
أنفسنا وسيئات أعمالنا إنه من يهدِ الله فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له ، وأشهد
أن لا إله إلا الله وحدة لا شريك له وأشهد أن محمداً عبده ورسوله
(يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ
تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ)( يَا أَيُّهَا النَّاسُ
اتَّقُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا
زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاء وَاتَّقُواْ اللّهَ الَّذِي
تَسَاءلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا) (يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا *
يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعْ
اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا) أما بعد ، فإن خير الحديث
كتاب الله ، وخير الهدي هديُ محمد صلي لله عليه وسلم ، وشر الأمور محدثاتها ، وكل
محدثة بدعة ، وكل بدعة ضلالة ، وكل ضلالة في النار ، وبعد
Terlebih dahulu perkenankanlah saya menyampaikan sebuah
harapan kepada antum yang dengan kehendak Allah سبحانه وتعالى
antum berkesempatan melihat tulisan saya ini, harapan saya semoga antum
bersedia membacanya dengan ikhlash tanpa terpaksa,
Risalah ini saya tulis dalam rangka untuk saling memberikan
nasehat, dan juga karena ingin mengharap ridha Allah سبحانه وتعالى , yang mudah-mudahan dengan apa yang
saya lakukan ini kita termasuk orang-orang yang beruntung,
untuk itu saya berharap sekali agar tulisan ini bisa dibaca
dengan baik supaya kita sama-sama mendapatkan faedah darinya, insya’Allah.
Sebagaimana kita ketahui bahwa saling memberikan Wasiat atau
Nasehat merupakan salah satu perkara yang wajib ditegakkan menurut Syari’at
Agama Islam...
Allah سبحانه وتعالى
berfirman :
وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا
بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (3)
“Demi Masa (waktu ‘Ashar) (1),
Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian (2), Kecuali orang-orang
yang beriman dan beramal sholih dan saling berwasiat di dalam kebenaran dan
saling berwasiat di dalam kesabaran (3)” (Al-‘Ashr:1-3)
Dan
juga Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda di dalam sebuah
hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim رحمه الله تعالى dari jalur Shahabat Tamim Ad-Daari رضى الله عنه :
الدين النصيحة ، الدين النصيحة ، الدين النصيحة ، قلنا : لمن يا رسول
الله ؟ قال : لله ولرسوله ولكتابه ولأئمة المسلمين وعامتهم
“Agama
itu Nasehat, Agama itu Nasehat, Agama itu Nasehat”, Kami (Para Shahabat)
bertanya: Untuk Siapa Wahai Rasulullah ? Beliau bersabda : “Untuk Allah, Untuk
Rasul-Nya, Untuk Kitab-Nya, Untuk Para Pemimpin Kaum Muslimin, dan Untuk
seluruh Ummat pada umumnya”
Serta banyak dalil-dalil lainnya
yang tidak memungkinkan untuk saya sebutkan satu persatu..
Sebetulnya membicarakan thema ini
(Thema Tentang Nasehat) memerlukan pembahasan yang sangatlah luas dan panjang,
membutuhkan berpuluh-puluh bahkan mungkin ratusan halaman untuk mengupas secara
tuntas materi ini, akan tetapi pada kesempatan ini saya akan mencoba untuk
menulis dengan pembahasan yang sesingkat-singkatnya dan seringkas-ringkasnya,
langsung pada pokok permasalahan agar tidak terlalu panjang.
Telah kita maklumi bersama bahwa
kita sebagai manusia ciptaan Allah سبحانه وتعالى adalah makhluq yang sangat berpotensi atau
sangat mungkin sekali untuk berbuat salah dan dosa,
sebagaimana yang ditegaskan oleh Rasulullah صلى الله عليه وسلم , dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi رحمه الله تعالى dari Shahabat Anas Bin Malik رضى الله عنه Beliau bersabda :
sebagaimana yang ditegaskan oleh Rasulullah صلى الله عليه وسلم , dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi رحمه الله تعالى dari Shahabat Anas Bin Malik رضى الله عنه Beliau bersabda :
كُلُّ ابْنِ آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ
“Setiap
Anak Cucu Adam pasti berbuat salah, dan sebaik-baik orang yang berbuat salah
adalah orang yang selalu bertaubat”
Maka
dari itulah perlu adanya saling memberikan nasehat diantara kita, saling
mengingatkan satu sama lain, saling meluruskan di tengah-tengah kaum Muslimin,
terutama ketika ada suatu kesalahan yang dilakukan oleh sebagian dari kita,
atau membenahi sesuatu yang perlu diperbaiki agar supaya tidak berlarut-larut
atau berkepanjangan yang dapat mengakibatkan kemudharatan bagi semua, agar
supaya kembali lagi ke jalan yang benar dan tercapainya kemaslahatan yang dapat
dirasakan bersama-sama,
Lalu
bagaimanakah cara memberikan nasehat kepada saudara kita yang berbuat kesalahan
?
Apakah
seketika itu juga kita tegur dia, tanpa memberikan udzur terlebih dahulu ?
Apakah
harus juga di depan umum, tanpa memperdulikan keadaan ?
Apakah
serta merta langsung kita katakan kepada dirinya, “..waaaah antum ini
salaaah...” “..antum ini nggak bener..” ?
Atau
kata-kata lainnya yang seolah-olah menyudutkannya..
Atau
kita biarkan saja ?
Dan
sering kita jumpai sebagian diantara kita yang mempunyai ghirah semangat tinggi
dalam memberikan nasehat, akan tetapi terkadang juga kita saksikan ada diantara
saudara-saudara kita trersebut yang memberikan nasehat tanpa ilmu sehingga tidak
menggunakan cara yang baik dan tepat dalam memberikan nasehat, bahkan hanya
mengikuti perasaan semata dalam mengukur sebuah kebaikan (baik menurut perasaan
semata), sehingga yang terjadi justru malah timbul fitnah,
Untuk
itu saya ingin mencoba menulis sebuah risalah singkat tentang bagaimana cara
memberikan nasehat dengan benar sebatas apa yang saya ketahui dengan merujuk
kepada Al-Qur’an dan Hadits serta buku-buku yang membehas masalah ini, yang
mudah-mudahan apa yang saya tulis ini walaupun singkat dapat memberikan
bermanfaat.
Ya...
ikhwan...
Ketahuilah
bahwa dalam memberi nasehat itu ada hal-hal yang harus kita perhatikan dan kita
pertimbangkan masak-masak sebelum kita memberikan nasehat kepada seseorang..
Jangan
sampai sesuatu yang kita kira itu adalah sebuah nasehat.. namun ternyata apa yang kita berikan justru celaan yang akan
menyakiti hatinya, atau tamparan alias pukulan bagi orang yang kita nasehati
sehingga hatinya terluka..
Maka
dari itu hendaknya kita perlu hati-hati dalam memberikan nasehat, agar nasehat
yang kita berikan bermanfaat, sesuai dengan harapan dan tujuan.
Beberapa
hal yang harus kita perhatikan dalam memberikan nasehat adalah:
1.
1. Ikhlash
dalam memberikan Nasehat.
Dan saya yakin kita sudah pada tau dalil
tentang wajibnya keikhlashan dalam setiap amal yang kita lakukan sehingga tidak
perlu saya sebutkan satu per satu.. cukup Firman Allah سبحانه وتعالى :
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ
لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ
“Dan tidaklah mereka itu diperintahkan kecuali
untuk beribadah kepada Allah dengan ikhlash menta’ati-Nya semata-mata karena
(menjalankan) Agama”
Mengapa kita harus ikhlash dalam memberikan
nasehat ?
Sangat banyak sekali faedah yang akan kita
dapatkan bahkan kita rasakan ketika kita ikhlash dalam memberikan nasehat..
Misalnya saja diantaranya seorang pemberi
nasehat yang ikhlash dia kita tidak akan gundah atau bersedih hati ataupun
marah mana kala nasehatnya ditolak atau tidak diterima.
Karena seorang pemberi nasehat yang ikhlash
hanya mengharap ridha Allah سبحانه وتعالى dalam memberikan nasehat, kalo memang diterima maka alhamdulillah, dan
jika tidak diterima maka ia serahkan semuanya kepada Allah سبحانه وتعالى, karena hidayah itu ada di Tangan Allah سبحانه وتعالى.
Dan bukan pula karena mengharap pujian
manusia, sebab biasanya jika seseorang sudah gila pujian ketika dia berhasil
maka dia akan menjadi sombong, angkuh dan congkak, serta mebusungkan dada, akan
tetapi jika tidak berhasil maka dadanya akan terasa sempit dan sesak.
2.
2. Memberi
Nasehat dengan ilmu.
Allah سبحانه وتعالى Berfirman :
قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَى
بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي
“Katakan: ini Jalan (Agama) ku, Aku dan
Orang-orang yang mengikutiku mengajak (kalian) kepada Allah diatas Bashirah
(ilmu) yang nyata” (Yusuf : 108)
Yang dimaksud ilmu disini mencakup:
a. Ilmu tentang apa yang akan ia
sampaikan.
karena bagaimana
mungkin seseorang akan bisa memberikan nasehat sementara dia tidak faham apa
yang akan ia sampaikan, maka ilmu adalah sesuatu yang harus dimiliki oleh
seorang pemberi nasehat.
Sebagaimana
disebutkan dalam sebuah ungkapan:
"فاقد الشيء لا
يعطيه "
“orang yang
kehilangan atau tidak punya sesuatu tidak mungkin bisa memberi”
Allah سبحانه وتعالى berfirman:
قُلْ
هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لا يَعْلَمُونَ
“Katakan, apakah
sama antara orang-orang yang berilmu dan orang-orang yang tidak berilmu”
(Az-Zumar:9)
b. Ilmu tentang keadaan orang yang akan
kita beri Nasehat.
Kita hendaknya
mengetahui dan faham betul siapa orang yang akan kita nasehati, entah itu
berupa kedudukannya, keilmuannya, kepandaiannya, keadaannya atau kondisi, dan
hal-hal lain yang berhubungan dengan orang yang akan kita nasehati tersebut.
Karena hal ini
sangat penting untuk kita ketahui, sehingga kita diharapkan bisa memberikan
nasehat dengan cara yang baik dan tepat,
Sebagai contoh
misalnya kita akan memberikan nasehat kepada orang yang lebih tua dari kita
atau memiliki kedudukan, maka tentunya kita hendaknya terlebih dahulu berusaha
menunjukkan sikap hormat kepadanya, tidak menunjukkan kesan ingin mengajari
atau menunjukkan kesan kita lebih berilmu, dan juga tidak seperti kita
menasehati anak kecil dan lain sebagainya.
Selain itu
misalnya kita harus pula mengetahui kondisi orang yang akan kita nasehati,
mungkin dalam keadaan marah atau mungkin sedang dalam kondisi tidak bagus dan
lain sebagainya, atau juga sedang di tengah-tengah orang banyak atau di depan umum,
maka hendaknya kita harus pandai-pandai membaca suasana.
c. Ilmu tentang cara memberikan Nasehat
dengan baik.
Poin ini
sebetulnya masih terkait dengan poin sebelumnya yang sudah sedikit kita
singgung, yaitu mana kala kita mengetahui keadaan orang yang akan kita nasehati
maka setidaknya kita akan bisa mengambil tindakan bagaimana cara memberikan
nasehat kepada orang yang akan kita nasehati tersebut dengan cara yang baik.
Atau bisa juga kita katakan poin ini merupakan
penggabungan dari poin pertama dan kedua, setelah kita mengilmui tentang apa
yang akan kita sampaikan yang mencakup ilmu-ilmu syari’at, kemudian kita
mengilmui tentang keadaan orang yang akan kita beri nasehat, sehingga setelah
keduanya terkumpul diharapkan kita bisa mengetahui bagaimana cara memberikan
nasehat dengan baik, dengan tutur kata yang lembut serta baik dan lain
sebagainya.
Hal ini telah
diisyaratkan dalam Firman Allah سبحانه وتعالى :
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ
الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ
“Dan serulah
(manusia) kepada jalan Rabbmu dengan cara hikmah dan pelajaran yang baik, serta
bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik”
3.
3. Memberikan
Nasehat dengan Rahasia.
Rasulullah
Bersabda dalam hadits yang diriwayatkan Imam Hakim melalui shahabat ‘Iyadh
bin Ghanam :
مَن أراد أن ينصحَ لسلطانٍ بأمرٍ فلا يُبدِ له علانية، ولكن ليأخذ بيدِه
فيخلو به، فإن قَبِل منه فذاك، وإلاَّ كان قد أدَّى الذي عليه له
“Barangsiapa yang ingin menasihati penguasa, janganlah
ia menampakkan dengan terang-terangan. Hendaklah ia pegang tangannya lalu
menyendiri dengannya.
Bila penguasa itu mau mendengar nasihat tersebut maka itu yang terbaik. Dan bila si penguasa itu enggan (tidak mau menerima) maka sungguh ia telah melaksanakan kewajiban amanah yang dibebankan kepadanya”
Bila penguasa itu mau mendengar nasihat tersebut maka itu yang terbaik. Dan bila si penguasa itu enggan (tidak mau menerima) maka sungguh ia telah melaksanakan kewajiban amanah yang dibebankan kepadanya”
Inilah diantara adab yang terkadang kurang
diperhatikan oleh pemberi nasehat, terkadang karena saking semangatnya ketika
akan memberi nasehat ia lupa akan adab yang satu ini, padahal memberi nasehat
dalam keramaian atau di depan umum justru akan membantu syaitan untuk
mencelakan saudaranya, karena ketika kita memberikan nasehat saudara kita di
depan umum otomatis berarti kita mengumbar aib saudara kita, bagaimana mungkin
saudara kita akan mendengar nasehat kita, karena yang terpikir adalah bagaimana
menangkis serta menangkal aib-aibnya yang telah kita umbar dari pada memikirkan
dan memperhatikan nasehat kita, seseorang yang dinasehati di hadapan manusia
banyak biasanya egonya akan muncul, maka jangan berharap banyak nasehat akan
diterima.
Imam asy-Syafi’i
رحمه الله تعالى berkata dalam sya’irnya:
تغمدنى بنصحك في انفرادي
وجنبني النصيحة في الجماعة
فإن النصح بين الناس نوع من
التوبيخ لا أرضى استماعه
وإن خالفتني وعصيت قولي فلا تجزع إذا لم تعط طاعة
“Tutupilah kesalahanku dengan nasihatmu
ketika aku seorang diri. Hindarilah menasihatiku di tengah khalayak ramai. Karena
memberikan nasihat di hadapan banyak orang.
Sama saja dengan memburuk-burukkan, aku tidak sudi mendengarnya. Jika engkau menyalahiku dan tidak mengikuti ucapanku. Maka janganlah engkau kaget bila nasihatmu tidak ditaati”
Sama saja dengan memburuk-burukkan, aku tidak sudi mendengarnya. Jika engkau menyalahiku dan tidak mengikuti ucapanku. Maka janganlah engkau kaget bila nasihatmu tidak ditaati”
4.
4. Memberi
nasehat dengan halus dan lemah-lembut,
Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda
dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim dari
Jalur Abu Bakar Ash-Shiddiq رضى
الله عنه :
إنَّ الله رفيقٌ يحبُّ الرِّفقَ في الأمر كلِّه
“Sesungguhnya Allah itu Maha Lembut, mencintai
kelembutan di setiap perkara”
Maka dari itu termasuk di dalamnya ketika
memberi nasehat, wajib bagi kita untuk bersifat lemah lembut, bertutur kata
yang lembut, agar nasehat kita didengar, walaupun tidak ada jaminan nasehat
kita diterima, namun ini adalah adab yang wajib dimiliki oleh seorang pemberi
nasehat,
Sebagaimana Nabi Musa عليه السلام saja diperintah untuk berlemah-lembut ketika
menasehati Fir’aun seperti dalam Firman Allah سبحانه وتعالى :
اذْهَبَا إِلَى فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَى (43) فَقُولا لَهُ
قَوْلاً لَّيِّنًا لَّعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى
(44)
“Pergilah kalian berdua Fir’aun sesungguhnya dia telah melampaui
batas, maka katakanlah oleh kalian berdua dengan perkataan yang lemah-lembut
agar dia ingat atau takut” (An-Nahl:43-44)
5.
5. Sabar
dan tidak tergesa-gesa.
Allah سبحانه وتعالى Berfirman :
فَاصْبِرْ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ وَلَا
يَسْتَخِفَّنَّكَ الَّذِينَ لَا يُوقِنُونَ
“Maka bersabarlah kamu, sesungguhnya janji
Allah adalah benar, dan sekali-kali janganlah orang-orang yang tidak meyakini
(kebenaran ayat-ayat Allah) itu menggelisahkanmu” (Ar-Ruum : 60)
Sikap sabar sangat penting untuk dimiliki oleh
seorang pemberi nasehat, baik sabar dalam masalah waktu maupun sabar dalam
menghadapi orang yang kita nasehati, karena terkadang orang yang kita nasehati
tidak langsung menerima nasehat kita, butuh waktu untuk menerimanya, atau
bahkan terkadang ada pertentangan-pertentangan dari orang tersebut, untuk
itulah butuh kesabaran dalam memberikan nasehat.
6.
6. Terus
menerus dalam memberi nasehat jangan pernah merasa bosan.
Mungkin poin ini juga masih termasuk dalam
poin sebelumnya yaitu sabar dan tidak tergesa-gesa, namun sengaja saya masukkan
poin tersendiri sekedar mempertegas saja, karena memberi nasehat tidak cukup
sekali dua kali, namun butuh berkali-kali bahkan selamanya kita berikan
nasehat, seperti sudah kita sebutkan bahwa terkadang seseorang itu tidak
langsung menerima nasehat kita, untuk itulah perlu diberikan nasehat secara
berkesinambungan, namun tentunya kita juga harus memperhatikan aspek kondisi
atau keadaan orang yang kita beri nasehat, ada sa’at tertentu kita beri nasehat
dan sa’at-sa’at dimana kita jangan memberikan nasehat,
7.
7. Jangan
memaksa.
Allah سبحانه وتعالى Berfirman:
لَا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ
الْغَيِّ
“Tidak ada
paksaan dalam Agama, sesungguhnya telah jelas perbedaan antara jalan yang benar
dengan jalan yang sesat” (Al-Baqarah:156)
Dan juga Allah سبحانه وتعالى Berfirman:
إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ
“Sesungguhnya Engkau (Nabi) tidak akan sanggup
memberi hidayah orang yang Engau cintai, akan tetapi Allah lah yang memberi
hidayah bagi siapa yang dikehendaki-Nya” (Al-Qashas:56)
Sebagaimana yang sudah disinggung diawal bahwa
memberi nasehat itu hanyalah menyampaikan saja, memang kita diperbolehkan
mempunyai harapan agar nasehat kita diterima, akan tetapi sekali lagi bahwa
masalah diterima atau tidak itu bukan urusan kita, maka jika diterima
alhamdulillah, kalaupun tidak diterima maka kita serahkan urusannya kepada
Allah سبحانه وتعالى
Demikian
sedikit apa yang bisa saya sampaikan, dan saya yakin masih banyak sekali
hal-hal lain yang harus kita perhatikan ketika kita memberi nasehat kepada
saudara kita, namun demikian mudah-mudahan apa yang sedikit ini bisa memberikan
manfaat, mohon maaf jika ada kesalahan dan kekurangan, yang benar datangnya
dari Allah سبحانه وتعالى , dan yang salah
adalah dari diri saya yang dho’if dan syaitan, untuk itu jika antum mendapatkan
kekeliruan ataupun kesalahan dalam tulisan saya ini mohon kiranya untuk menegur
dan menasehati saya, atau barang kali mungkin ada yang mau menambahkan, saya
persilahkan untuk berbaginya ilmu disini.
Terima
kasih atas perhatian dan kesediaan antum untuk membaca tulisan ini, syukran
katsiran ‘ala ihtimamikum, jazakumullahu khairan, wa barakallahu fikum.
Dari
akhukum fillah
Abu
Hanifah ‘Alim bin Iryani Al-Bantuliy
Kampung
Baru, Cileungsi, 21 Dzulqa’dah 1433 H, 7 Oktober 2012 M
1 tanggapan:
salam kenal dari hidayahsalaf.blogspot.com
Posting Komentar
dipersilahkan untuk memberikan tanggapan, dengan memperhatikan adab sopan santun, dan ma'af jika saya tidak menampilkan komentar anda yang hanya ingin mengajak berdebat (kecuali jika memang perlu saya tanggapi akan saya berikan tanggapan) terima kasih