Kamis, 08 November 2012

Tinggal di Tanah Rantau


Tinggal di Tanah Rantau...
Barang kali Antum yang sedang membaca tulisan saya ini adalah seorang perantau, entah dalam rangka bekerja mencari ma’isyah atau untuk belajar menuntut ilmu, yang datang dari daerah jauh yang sa’at ini tinggal di negeri orang sebagai pendatang, mungkin dari Jawa yang sedang merantau di luar Jawa, atau mungkin dari luar Jawa yang sedang merantau di tanah Jawa, atau barang kali juga sedang merantau di Luar Negeri atau sebaliknya,
Atau juga mungkin seorang penduduk pribumi asli namun pernah merasakan menjadi seorang perantau,
Atau entah apa keadaan Antum saat ini tidak begitu penting untuk dibahas, namun yang jelas bahwa bagi seorang perantau setidaknya di dalam hatinya ada perasan rindu atau kangen terhadap kampung halaman yang telah ia tinggalkan, dan saya yakin setiap perantau mempunyai perasaan demikian, sebagaimana yang saya rasakan sendiri sa’at ini, entah mungkin hanya sekedar ingin melihat suasana kampung halaman tanah kelahirannya, atau ingin berjumpa dengan orang-orang yang ia cintai yang telah lama berpisah, seperti misalnya orang tua, saudara, teman akrab, dan yang lainnya,

Dan ini adalah fithrah bagi seorang perantau yang saya rasa sulit dihilangkan,
Sehingga di Negeri kita ini (Negeri dimana saya tinggal, Indonesia) terkenal dengan istilah mudik bersama yang dilakukan oleh sebagian saudara-saudara kita, bahkan termasuk saya, pada saat hari raya ‘idul fithri (walaupun sebetulnya di dalam Syaria’t tidak ada tuntunannya, dan memang hal ini ada dan terjadi karena akibat adanya sistem dan peraturan yang berlaku sehingga mengharuskan terjadinya acara mudik bersama, wallahu a’lam), dan di tulisan saya ini kita tidak sedang membahas tentang hukum mudik bersama tersebut, akan tetapi kita hanya ingin mengambil sedikit pelajaran darinya, mudah-mudahan apa yang saya tulis ini dapat memberikan manfaat buat kita semua,

Pembaca yang Allah سبحانه وتعالى muliakan,
Bahwasannya kebiasaan seorang perantau ketika ia mempunyai rencana ingin pulang ke kampung halamannya, tentunya ia akan mempersiapkan segala sesuatu yang ia butuhkan, termasuk perbekalan yang ia butuhkan ketika di perjalanan maupun ketika berada di kampung halaman, agar ia bisa menikmati kepulangannya, bisa bersenang-senang ketika berada di kampung halaman, dan rasanya sulit kita temukan seorang perantau yang pulang ke kampung halaman pulang begitu saja tanpa membawa perbekalan, sebab apa yang bisa ia lakukan jika perbekalan tidak ia miliki ?, setidaknya ia akan membawa sesuatu yang bisa ia banggakan kepada orang lain di kampungnya, malu rasanya pulang kampung dengan tangan hampa, atau minimal ia berusaha mencari ongkos untuk bisa pulang menuju kampung halaman,
Demikianlah kira-kira gambaran secara singkat tentang seorang perantau yang ingin pulang ke kampung halamannya, pasti dia akan berusaha mencari perbekalan yang cukup bahkan sebanyak-banyaknya, agar dapat merasakan kegembiraan serta bersenang-senang ketika berada di kampung halamannya,
Dan apa yang akan kita bahas pada kesempatan kali ini adalah perkara yang jauh lebih penting dari hal itu, perkara yang harus diperhatikan oleh seorang hamba yang hidup di dunia ini,

Ikhwani fillah yang saya cintai karena Allah سبحانه وتعالى,
Antum mungkin pernah membaca atau mendengar sebuah hadits yang cukup masyhur yang diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhari رحمه الله تعالى   dari Shahabat  Ibnu Umar رضي الله عنهما  Rasulullah صلى الله عليه وسلم  bersabda:
كن في الدنيا كأنك غريب أو عابر سبيل
“Jadilah hidup di dunia ini seolah-olah engkau seperti perantau atau orang yang dalam perjalanan”[1]
Faedah yang terkandungan dalam hadits ini banyak sekali dan diantaranya adalah agar kita jangan sampai terlena hidup di dunia ini, jangan sampai tertipu dengan gemerlapnya dunia, karena dunia ini hanyalah permainan dan sendau gurau belaka,
Allah سبحانه وتعالى berfirman:
وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلاَّ لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَلَلدَّارُ الآخِرَةُ خَيْرٌ لِّلَّذِينَ يَتَّقُونَ أَفَلاَ تَعْقِلُونَ (32)
“Dan tidaklah kehidupan dunia itu melainkan hanyalah permainan dan sendau gurau belaka, dan sungguh negeri akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa, apakah kalian tidak mengerti?”[2]
Dan juga Allah سبحانه وتعالى Berfirman:
وَما الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلاَّ مَتَاعُ الْغُرُورِ (185)
“Dan tidaklah kehidupan dunia itu melainkan kesenangan yang memperdayakan”[3]
Dan masih banyak lagi hadits maupun ayat yang semakna, semoga hadits dan ayat yang saya sebutkan diatas sudah mewakilinya, supaya tulisan saya ini tidak terlalu panjang, karena saya khawatir jika terlalu panjang malah justru membuat Antum kurang minat untuk membacanya,(‘afwan, hanya sekedar khawatir saja, semoga tidak dengan Antum yang sedang membaca tulisan ini, saya berharap Antum adalah seorang yang gemar dan rajin membaca, insya’Allah)

Dari ayat dan hadits yang saya sebutkan di atas saya mengingatkan diri saya dan Antum bahwa kita ini sebetulnya hanyalah seorang perantau yang suatu saat nanti akan pulang ke kampung halaman kita yang sesungguhnya, dan hidup kita di dunia ini sebetulnya adalah dalam rangka mencari bekal untuk menuju kampung halaman kita,
Sadarkah kita dengan hal ini ?
Tidakkah kita merasa rindu terhadap kampung halaman kita tersebut ?
Tidakkah kita khawatir jika di kampung akhirat kelak kita tidak bisa bersenang-senang, dan justru menjadi orang yang sengsara?
Hanya orang yang tidak beriman dan tidak memiliki rasa rindu terhadap kampung akhiratlah, yang tidak berusaha mempersiapkan diri untuk mencari bekal menuju kampung akhiat,
Dengan demikian jika kita menyadari hal tersebut tentunya akan mendorong kita untuk lebih giat lagi dalam mencari perbekalan buat kehidupan kita di akhirat kelak, lebih mementingkan akhirat ketimbang dunia,
Dan betapa ruginya seseorang yang tertipu oleh dunia, yang cita-citanya sebatas dunia dan dia lupa terhadap negeri akhirat sebagai kampung halaman yang sesungguhnya, padahal suatu saat nanti ia akan dipanggil oleh Allah سبحانه وتعالى  untuk menempatinya,
Maka dari itu hendaknya kita selalu ingat bahwa sewaktu-waktu Allah سبحانه وتعالى  akan memanggil kita,
Allah  سبحانه وتعالى mengingatkan kita dalam firman-Nya:
كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَن زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ (185)
“Setiap jiwa akan merasakan kematian, dan hanya pada hari kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasan kalian, barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan kedalam surga sungguh ia telah memperoleh kemenangan”[4]
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad رحمه الله تعالى dalam musnadnya, Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
من كان همه الآخرة جمع الله تعالى شمله وجعل غناه في قلبه وأتته الدنيا وهي راغمة ، ومن كانت نيته الدنيا فرق الله تعالى عليه ضيعته وجعل فقره بين عينيه ولم يأته من الدنيا إلا ما كتب له
“Barang siapa yang cita-citanya adalah akhirat maka Allah سبحانه وتعالى  akan mengumpulkan kekuatannya dan Allah سبحانه وتعالى  jadikan kekayaan ada dalam hatinya dan dunia mendatanginya dalam keadaan hina dina, dan barang siapa yang niatnya hanyalah dunia maka Allah akan mencerai beraikan urusannya dan dijadikan kefakiran ada pada kedua pelupuk matanya dan tidaklah sesuatu dari dunia ini mendatanginya kecuali apa yang telah Allah سبحانه وتعالى  tetapkan baginya”[5]

Dengan demikian apa sebetulnya yang kita cari ?
Dunia atau akhirat ?
Dan Allah telah mempersilahkan kita untuk memilih antara keduanya, ingin dunia silahkan, namun jika akhirat yang dituju itu adalah yang terbaik,
Allah سبحانه وتعالى  berfirman:
مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ (15) أُولَئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآخِرَةِ إِلَّا النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (16)
“Barang siapa yang menginginkan kehidupan dunia dan segala perhiasannya maka akan kami berikan kepada mereka apa yang mereka amalkan di dalamnya, dan mereka tidak akan dirugikan, mereka itulah orang-orang yang tidak memeroleh apa-apa di akhirat kecuali neraka, dan sisialah apa yang mereka kerjakan dan hapuslah apa yang telah mereka amalkan”[6]
Maka dari itu mari kita persiapkan bekal menuju kampung halaman kita dengan meningkatkan keimanan kita serta memperbanyak amal sholih, jangan pernah kita terlena oleh dunia, jangan pernah mengorbankan kehidupan akhirat hanya demi ingin memperoleh kehidupan dunia yang singkat ini,
Terakhir sebagai penutup saya sampaikan sebuah sya’ir:
إنَّ   للهِ   عِبَادًا     فُطَنَا     طَلَّقُوْا الدُّنْيَا وَخَافُوْا الفِتَنَا
نَظَرُوْا فِيْهَا  فَلَمَّا  عَلِمُوْا     أنَّهَا  لَيْسَتْ  لِحَيٍّ  وَطَنَا
جَعَلُوْهَا   لُجَّةً   وَاتَّخَذُوْا     صَالِحَ الْأعْمَالِ فِيْهَا سُفُنَا
Sesungguhnya Allah memiliki hamba-hamba yang cerdik  mereka menolak dunia karena takut terhadap fitnah
Mereka memperhatikan dunia maka ketika mereka tahu bahwa dunia bukan tempat tinggal yang sebenarnya
Maka mereka menganggap dunia ini seperti samudera luas dan mereka menjadikan amal sholih sebagai kapalnya

Demikian apa yang bisa saya tulis walaupun sangat singkat akan tetapi mudah-mudahan dapat memberikan manfaat, mohon ma’af jika ada kekurangan dan kesalahan, semua yang benar datangnya dari Allah, dan yang salah dari saya pribadi dan syaitan,
Silahkan jika ada diantara antum yang ingin menambahkan, semoga dapat memberikan faedah yang lebih banyak lagi, terima kasih atas kesediaan antum meluangkan waktu untuk membaca tulisan sederhana ini, jika ada yang ingin berbagi baik share maupun coppats saya persilahkan,
جزاكم الله خبرا و بارك الله فيكم

Ditulis di Tanah Rantau,
Kampung Baru, Rawahingkik, Cileungsi, Bogor, Jawa Barat,
Tanggal 23 Dzulhijjah 1433 H, bertepatan dengan Tanggal 8 November 2012 M
Saudara Antum yang mencintai Antum karena Allah
Abu Hanifah ‘Alim Al-Bantuliy


[1] أخرجه البخاري في صحيحه، كتاب الرقاق، باب قول النبي صلى الله عليه وسلم "كن في الدنيا كأنك غريب أو عابر سبيل". فتح الباري (11/233) ح 6416
[2]  Surah Al-An’am : Ayat-32
[3]  Surah Ali Imran : Ayat-185
[4]  Surah Ali Imran : Ayat-185
[5]  وفي «مسند أحمد» عن زيد بن ثابت
[6]  Surah Huud : Ayat-15-16

0 tanggapan:

Posting Komentar

dipersilahkan untuk memberikan tanggapan, dengan memperhatikan adab sopan santun, dan ma'af jika saya tidak menampilkan komentar anda yang hanya ingin mengajak berdebat (kecuali jika memang perlu saya tanggapi akan saya berikan tanggapan) terima kasih