Minggu, 03 Maret 2013

Tamasya ke Surga

Tamasya ke Surga
بسم الله الرحمن الرحيم
 الحمد لله رب العالمين ، والصلاة والسلام على نبينا محمد ، وعلى آله وأصحابه أنصار دينه الأولين ، وعلى أتباعهم في مسالكهم إلى يوم الدين.
 أما  بعد

Para pembaca yang semoga dirahmati oleh Allahسبحانه وتعالى  
Kalau kita berdiri di tengeh-tengah pemandangan yang indah, kita berdiri di padang rumput yang dikelilingi oleh gunung-gunung yang indah seperti yang Anda saksikan dalam gambar..  atau yang mungkin pernah Anda lihat secara langsung..
Apa yang kita bayangkan ?
Apa yang kita pikirkan ?
Jiwa kita tenang, dada kita lapang, dan lebih dari itu bahkan kita ingin keindahan tersebut kita miliki selama-lamanya dan tidak akan berakhir...
Tapi coba kita renungkan dengan iman kita wahai orang-orang yang beriman..
Yang Anda lihat adalah keindahan dunia... kalau kita katakan indah..



Bahwa keindahan dunia betapapun kita anggap tinggi keindahan dunia tersebut.. atau kita anggap sempurna keindahannya.. ia tetap sangat-sangat rendah tidak ada nilainya disisi Allah سبحانه وتعالى .. sangat-sangat tidak ada artinya dibandingkan dengan sempurnanya keindahan yang Allah سبحانه وتعالى  siapkan bagi orang-orang yang beriman di akhirat nanti..
Coba renungkan makna sabda Nabiصلى الله عليه و سلم
لو كانت الدنيا تعدل عند الله جناح بعوضة ما سقى كافرا منها شربة ماء

 “Seandainya dunia ini disisi Allah sebanding dengan sayap seekor nyamuk maka orang kafir tidak akan bisa minum dari dunia ini seteguk air pun” 
Tapi karena nilainya lebih rendah dari sayap seekor nyamuk makanya orang-orang kafir diberikan air minum, makanan, dan rizqi untuk mereka orang-orang kafir..
Jadi keindahan yang kita saksikan di dunia ini sangat rendah.. sangat tidak ada artinya.. belum lagi hanya sementara..
Rasulullah صلى الله عليه و سلم  bersabda
مَا لي وَمَا لِلدُّنْيَا مَا أَنَا في الدُّنْيَا إِلاَّ كَرَاكِبٍ اسْتَظَل تَحْتَ شَجَرَةٍ ثُمَّ رَاحَ وَتَرَكَهَا

“apa urusanku dan Aku bukanlah orang yang mengutamakan dunia, tidaklah Aku di dunia ini kecuali hanya seperti seorang penunggang kendaraan yang sedang berteduh di bawah pohon kemudian berjalan lagi dan meninggalkannya” 
Keindahan yang sementara... keindahan yang semu..
Ini saja sudah kita utamakan.. sudah kita angan-angankan untuk kita miliki dengan selama-lamanya..

Nah sekarang tidakkah kita berfikir..?
Dunia yang rendah ini Allah ingin gantikan bagi kita dengan kenikmatan yang lebih tinggi lebih mulia lebih kekal abadi..
Semua yang kita saksikan di dunia ini tidak ada apa-apanya.. sangat rendah dibandingkan dengan apa yang ada di akhirat nanti..
Allah سبحانه وتعالى  berfirman di dalam hadits qudsi
أَعْدَدْتُ لِعِبَادِيَ الصَّالِحِينَ مَا لا عَيْنٌ رَأَتْ ، وَلا أُذُنٌ سَمِعْتُ ، وَلا خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَرٍ

“Aku siapkan bagi hamba-hamba-Ku yang shalih apa-apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah terdengar oleh telinga, dan tidak pernah terlintas di hati seorang manusia” 
Tidakkah kita membayangkan.. keindahan yang kita saksikan di dunia ini saja sudah kita ingin memiliki selama-lamanya..
Tidakkah kita bayangkan balasan yang sempurna.. keindahan yang luar biasa lahir dan bathin..
Keindahan yang sangat indah.. pemandangan.. makanan.. minuman.. buah-buahan.. istana dari emas permata.. yang Allah سبحانه وتعالى  janjikan dalam banyak ayat-ayat Al-Qur’an.. tidakkah menjadi motifasi bagi kita untuk memilikinya..?
Dengan syarat..
Yang Allah mudahkan bagi orang-orang yang beriman dan mendapat petunjuk dari-Nya..
Beriman dan beramal shalih.. mempelajari ilmu yang bermanfaat memahami dan mengamalkannya..
Mempelajari petunjuk Allah سبحانه وتعالى  dan menerapkannya dalam kehidupan.. dengan memohon pertolongan kepada Allah سبحانه وتعالى  karena Dialah yang maha mampu untuk memasukkan taufiq kedalam hati kita untuk mau mengikuti petunjuk-Nya..
Para pembaca yang semoga dirahmati Allah سبحانه وتعالى ..
Penduduk surga karena kenikmatan yang mereka rasakan Allah سبحانه وتعالى  gambarkan dalam Al-Qur’an
تَعْرِفُ فِي وُجُوهِهِمْ نَضْرَةَ النَّعِيمِ

“Kamu dapat mengetahui dari wajah mereka kesenangan mereka yang penuh kenikmatan” 
Saking senangnya pada wajahnya terpancar bagaimana nikmatnya.. bagaiman indahnya.. jadi dada mereka sangat lapang..
Samapai-sampai pancaran cahaya keindahan pada wajah mereka terlihat nyata.. karena inilah kenikmatan yang tiada taranya.. yang Allah سبحانه وتعالى janjikan bagi hamba-hamba-Nya yang beriman..
فَوَقَاهُمُ اللَّهُ شَرَّ ذَٰلِكَ الْيَوْمِ وَلَقَّاهُمْ نَضْرَةً وَسُرُورًا

“Maka Allah memelihara mereka dari kesusahan hari itu, dan memberikan kepada mereka kejernihan (wajah) dan kegembiraan hati” 
Itulah kebahagiaan yang kekal abadi selama-lamanya..
Kalau untuk kenikmatan yang sementara saja.. mungkin kita harus naik gunung.. jauh-jauh datang ke pantai.. bahkan kita harus nyewa.. ini sementara untuk kita dapatkan.. dan akan berakhir..
Bagaimana kita tidak bersabar menahan hawa nafsu hidup di dunia untuk meraih kenikmatan yang kekal abadi selama-lamanya..
Orang yang bekerja di siang hari.. memasang atap.. atau membangun bangunan.. siang yang terik.. dia bisa bersabar dengan pertimbangan apa ? dia akan dapatkan upah.. imbalan satu juta dua juta.. untuk hidupnya sebulan dua bulan..
Hidup sebulan dua bulan dia rela untuk berpayah-payah..
Nah kenapa kita untuk kehidupan yang kekal abadi yang sebentar lagi akan kita tinggalkan..
Dan dunia yang akan kita tinggalkan sebentar lagi.. kenapa kita tidak besabar untuk menundukkan hawa nafsu.?
Kenapa tidak bersabar mengikuti petunjuk Allah سبحانه وتعالى .. mempelajari dan mengamalkannya..?
Bukankah akhirat itu seakan cepat datangnya..?
Setiap hari yang kita lalui berarti kita semakin dekat menuju dari akhir kehidupan kita.. dunia ini kita tinggalkan di belakang kita’’
Kata Shahabat yang mulia Ali bin Abi Thalibرضى الله عنه
إن الدنيا قد ارتحلت مدبرة، وإن الآخرة قد ارتحلت مقبلة ،ولكل منهما بنون فكونوا من أبناء الآخرة ولا تكونوا من أبناء الدنيا فإن اليوم عمل ولا حساب وغدا حساب ولا عمل
“Sesungguhnya dunia ini telah berjalan meninggalkan kita dan sesungguhnya akhirat itu berjalan menbhampiri kita, dan keduanya ada pecintannya, maka jadilah pecinta akhirat, dan jangan menjadi pecinta dunia, karena hari ini adalah kesempatan beramal dan belum ada hisab, dan besok (pada hari akhirat) adalah hari penghisaban dan tidak ada amal” 
Jadi jangan korbankan yang kekal abadi untuk kesenangan sementara..
Orang bekerja saja hanya untuk pertimbangan nafkah dua bulan dia bersabar terhadap kepayahannya..
Nah kita disuruh bersabar sebentar mundukkan hawa nafsu untuk hari esok kita yang sesunggunya kekal abadi..
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ 

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat)”
Maka inilah pelajaran bagi kita.. sewaktu kita melihat alam semesta yang indah.. kita bandingkan dengan kenikmatan yang menanti kita di surga nanti jika kita bersabar sebentar menundukkan hawa nafsu, untuk mempelajari petunjuk Allah سبحانه وتعالى  , memahami dan berusaha mengamalkannya, maka semoga Allah سبحانه وتعالى    menetapkan kita semua ke dalam golongan orang-orang yang senantiasa mendapatkan petunjuk-Nya, untuk mau mempelajari agama-Nya.. memahami dan mengamalkannya, dan dimudahkan untuk istiqamah diatas keimanan dan diatas ketaqwaan kepada-Nya sampai kita meninggal dunia, menghadap-Nya diatas kebaikan-kebaikan tersebut..
Maka demikianlah semoga Allah سبحانه وتعالى   menjadikan uraian singkat ini bermanfaat
و صلى الله على نبينا محمد النبي الأمي وعلى آله وصحبه وسلم
 وآخر دعوانا أن الحمدلله رب العالمين


Tulisan diatas merupakan ceramah singkat yang disampaikan oleh Al-Ustadz Abdullah Taslim MA yang Beliau sampaikan dalam sebuah ceramah singkat yang saya ambil dari youtube Yufid TV, yang kemudian saya tuangkan dalam bentuk tulisan, dengan penyesuaian kalimat yang insya’Allah tidak merubah isi kandungan ilmiah dari ceramah Beliau..







[1] رواه الترمذي وقال حديث صحيح , lafadh yang saya dapatkan, dan saya belum menemukan lafadh teks seperti yang dibawakan Ustadz Abdullah Taslim
[2] رواه الترمذي وصححه الألباني من حديث عبد الله lafadh atau teks yang saya dapatkan
[3] رواه: الإمام أحمد، والشيخان، والترمذي، وابن ماجه
[4] Surat Al-Muthaffifin : Ayat-24
[5] Surat Al-Insan : Ayat-11
[6] موسوعة الرد على المذاهب الفكرية المعاصرة  - 49/52
 

Ditulis di Cileungsi, Tanggal 20 Rabi’uts Tsani 1434 H, atau 03 Maret 2013 M.
Akhukum fillah
Abu Hanifah ‘Alim bin Iryani Heri Atmaja bin Marta Dimulya bin Mangun Harja bin Mangun Ali Mudi Mangun Negara Al-Bantuliy

2 tanggapan:

Abu Haidar mengatakan...

assalamu`alaikum. sudah mampir akh.tp ana jarang sekali di blog.

Unknown mengatakan...

@Artdha Dallaal
wa'alaikumussalamu warahmatullah wabarakatuh
oww gitu ya akh..
hwehehe

Posting Komentar

dipersilahkan untuk memberikan tanggapan, dengan memperhatikan adab sopan santun, dan ma'af jika saya tidak menampilkan komentar anda yang hanya ingin mengajak berdebat (kecuali jika memang perlu saya tanggapi akan saya berikan tanggapan) terima kasih