Rabu, 23 Desember 2009

Akhirnya Aku Mengerti Hakikat Tauhid

Namaku Erlina, aku ingin berbagi cerita kepada saudariku muslimah, bukan
untuk mengajarkan tentang fiqih atau hadits atau hal lainnya yang mungkin
ukhti muslimah telah jauh lebih dulu mengetahuinya daripada aku sendiri.
Karena di masa lalu, aku beragama Kristen

Sejak kecil aku beserta kedua adikku dididik secara kristen oleh kedua
orangtuaku, bahkan aku telah dibaptis ketika masih berumur 3 bulan dan saat
berusia 18 tahun aku telah menjalani sidhi, yaitu pengakuan setelah
seseorang dewasa tentang kepercayaan akan iman kristen di depan jemaat
gereja. Aku juga selalu membaca Alkitab dan membaca buku renungan –semacam
buku kumpulan khotbah– bersama keluargaku di malam hari. Seluruh keluargaku
beragama Kristen dan termasuk yang cukup taat dan aktif. Bahkan dari
keluarga besar ayah, seluruhnya beragama Kristen dan sangat aktif di gereja
sehingga menjadi pemuka dan pengurus gereja. Sedang dari keluarga ibu,
nenekku dulunya beragama Islam, namun kemudian beralih menjadi Katholik.

Sejak kecil aku adalah anak yang sangat aktif dalam kegiatan keagamaan.
Tentu saja kegiatan keagamaan yang aku anut saat itu beserta keluarga
besarku. Kecintaanku pada agama Kristen demikian kuat mengakar dan terus
bertambah kuat seiring pertumbuhanku menjadi wanita dewasa. Sedari kecil
aku sangat rajin ikut Sekolah Minggu, bahkan hampir tidak pernah absen. Aku
selalu ingin mendengarkan cerita agama Kristen atau cerita dari Alkitab di
Sekolah Minggu. Setiap pelajaran Sekolah Minggu kucatat dalam sebuah buku
khusus. Cerita-cerita tersebut kuhafal sampai detail, sehingga setiap
perayaan Paskah dan Natal aku selalu menjadi juara lomba cerdas tangkas
Sekolah Minggu. Pernah suatu ketika, karena aku sering sekali menang,
seorang juri memberikan tes tersendiri. Hal ini untuk memastikan bahwa aku
layak mendapatkan juara pertama, apalagi saat itu aku masih lebih muda dari
peserta dan juara lainnya. Ternyata aku bisa menjawab pertanyaan juri
tersebut. Akhirnya aku tetap mendapatkan hadiah, namun hadiah khusus di
luar juara satu sampai tiga. Kebijakan ini untuk memberikan kesempatan pada
peserta lain untuk menjadi pemenang.

Ketika aku menginjak usia SMP dan SMA, aku tetap aktif dalam kegiatan
persekutuan remaja dan pemuda di sekolah. Aku juga aktif di tingkat yang
lebih besar yaitu kegiatan persekutuan antar siswa Kristen dari
sekolah-sekolah se-kota Magelang, juga persekutuan remaja di gereja. Bahkan
aku juga ditunjuk menjadi ketua persekutuan remaja di gereja. Setiap minggu
aku disibukkan dengan kegiatan persekutuan, mempersiapkan acara, topik,
pembicara, membuat undangan dan menyebar undangan. Aku tidak pernah bosan
mengundang rekan-rekan untuk hadir. Walaupun aku tahu ada di antara mereka
yang malas hadir, aku tetap memberikan undangan kepada mereka. Betapa
semangatnya aku saat itu

Setelah lulus SMA, aku meneruskan kuliah di FKG UGM. Dan seperti
sebelum-sebelumnya, aku kembali aktif di kegiatan keagamaan (Kristen). Kali
ini aku mengikuti kegiatan persekutuan mahasiswa di FKG dan di tingkat UGM.
Aku sangat senang dan menikmati kegiatanku tersebut saat itu.
Bermacam-macam aktifitas, perayaan Natal, Paskah, panitia lomba vokal grup
lagu gerejawi dan lainnya aku ikuti. Aku sering mengajak teman-teman-teman
satu kos untuk menyanyi bersama lagu-lagu gerejawi di kos, berdiskusi
pemahaman kitab dan lainnya.

Ternyata keaktifanku dalam kegiatan keagamaan ini semakin masuk ke dalam
ketika aku diajak bergabung dengan pelayanan Para Navigator. Pesertanya
sebagian besar mahasiswa. Di sini kami belajar banyak hal tentang
kekristenan, dibimbing oleh pembimbing rohani dalam satu kelompok,
mengadakan diskusi pemahaman Alkitab setiap minggu dengan menggunakan buku
panduan seperti kurikulum yang bertingkat dari dasar ke tingkat tinggi. Di
sini kami juga diajarkan dan diminta untuk menghafal ayat-ayat Alkitab –
dengan diberikan panduan berupa kartu yang berisi ayat untuk dihafalkan-,
dan setiap minggu harus bertambah ayat yang kami hafal. Akhirnya aku dapat
menyelesaikan paket kurikulum dan diminta membimbing anak rohani. Metode
pelayanan ini biasa dikenal dengan metode sel, belajar berkelompok,
kemudian berkembang dengan masing-masing anggota yang akan memiliki
anak-anak lain untuk dibimbing, sehingga orang-orang yang terlibat di
dalamnya akan berkembang dan bertambah banyak. Dalam pelayanan ini,
terkadang kami pun diajarkan dan dianjurkan untuk berdakwah mengajak orang
lain mengenal dan mengikuti ajaran Kristen.

Entah mengapa, setelah aku masuk stase (tingkatan) klinik, mulai ada
beberapa teman (muslim) yang mendekati dan ingin memperkenalkan Islam
kepadaku. Reaksiku? Jelas marah dan kutolak mentah-mentah. Pernah juga aku
dipinjami Al-Quran dan diminta untuk membacanya oleh seorang teman. Sungguh
aku sangat marah terhadapnya sampai-sampai aku tak ingin berbicara
dengannya.

Sampai akhirnya aku bertemu dengan dia –sebut saja A– yang alhamdulillah
kini telah menjadi suamiku. Kalau teman-teman lain ingin memperkenalkan
Islam dengan cara langsung dengan Al-Quran dan hal-hal lainnya yang
jelas-jelas berbau Islam, maka A mengenalkan Islam dari sisi yang beraroma
Kristen. Dan aku sangat antusias saat itu. Apalagi ia menyatakan bahwa jika
Kristen lebih benar dari Islam, maka dia akan mengikuti agama Kristen.
Kesempatan emas! Pikirku. A juga banyak bertanya tentang Bible, bahkan ia
katakan telah tamat membaca Alkitab Perjanjian Baru sebanyak tiga kali! Aku
pikir, orang ini benar-benar tertarik akan agama Kristen. Aku saja belum
pernah membaca dari awal hingga akhir kitab tersebut secara berurutan. Aku
semakin bersemangat saat itu. Banyak yang dia ketahui tentang Alkitab
Kristen dan tentang Kristen. Ternyata sejak kecil ia bersekolah di sekolah
Katholik dan mempelajari agama Katholik serta sejarahnya, dan ketika ia
kuliah di UGM, ia juga terkadang berkunjung ke toko buku Kristen untuk
membaca.

Namun, yang terjadi selanjutnya ternyata di luar dugaanku. A memang banyak
tahu tentang agamaku, namun ia juga memiliki pengetahuan tentang Islam.
Banyak pertanyaan-pertanyaan yang diajukan olehnya dan berkaitan dengan
agamaku, yang terkadang pertanyaan itu begitu mudah, namun aku sangat
kesulitan menjawabnya. Diskusi-diskusi yang kami lakukan membuat kami
menjadi dekat. Aku pun telah lulus kuliah dan bekerja. Begitu pula A, hanya
saja dia bekerja di Jakarta. Namun, kami masih terus melanjutkan diskusi
tentang agama Kristen yang telah kami lakukan sebelumnya. Ya masih
berlanjut seperti itu, pengenalan tentang agama Islam yang dilakukan dengan
cara tidak langsung.

Dari diskusi-diskusi itulah ia terkadang memasukkan sentilan Islam secara
tidak langsung dan tidak aku sadari (karena pertanyaan dan hal-hal yang
didiskusikan sebenarnya telah jelas jawabannya di Islam). Banyak bentrok di
antara kami dalam diskusi tersebut. Kadang bahkan membuat aku marah,
menangis, jengkel. Namun diskusi itu terus berlanjut. Masih ada rasa
penasaran, jengkel dan marah yang berbaur menjadi satu. Namun banyak
sekali pertanyaan darinya yang tidak bisa aku jawab. Akhirnya A mengusulkan
agar meminta pendeta yang ahli untuk diajak diskusi bersama. Wah!! Betapa
senangnya aku mendengar sarannya itu. Orang ini benar-benar bersemangat
belajar Kristen. Aku sangat berharap akhirnya nanti dia bisa beragama
Kristen. Rasanya bahagia jika aku berhasil membuat ia mengikuti iman
Kristen.

Dengan sebab tersebut, aku mencari dan menghubungi pendeta yang terkenal,
senior dan sangat berkualitas di Jogja. Sebut saja pendeta X. Aku berharap
pendeta X dapat membantuku memberi pelajaran tentang Kristen kepada A.
Keluargaku pun ikut bersemangat dan sangat mendukung rencanaku ini. Saat
itu, aku bersyukur bapak pendeta ini mau dan bersedia membantu rencanaku.
Akhirnya, kami melakukan diskusi bertiga. Keadaannya saat itu, bukanlah
sebagaimana seseorang yang ingin saling berdebat antar agama. Tidak.
Kondisi saat itu, baik A maupun aku sama-sama sebagai orang yang belajar
dan mencari kebenaran. Walaupun tidak ada pernyataan sebagaimana yang A
lakukan bahwa jika Islam lebih benar aku akan mengikuti agamanya.

Mulailah kami berdiskusi setiap pekan di hari Sabtu. Beberapa pertanyaan
yang A ajukan antara lain adalah:

Kapan dan bagaimana cara Yesus berpuasa? Mengapa orang Kristen tidak
berpuasa?

Tentang penghapusan hukum Taurat (Yesus menolak membasuh tangan sebelum
masuk rumah).

Benarkah kisah yang menceritakan Yesus berdoa dengan bersujud? Dan
bagaimana orang Kristen berdoa saat ini? Dahulu, orang Yahudi termasuk
Yesus dikhitan. Mengapa orang Kristen sekarang tidak? Pendeta menjawab,
orang Kristen ada yang berkhitan tapi bukan untuk mengikuti hukum Tuhan
(Taurat), tetapi untuk alasan kesehatan.

Mengapa orang Kristen tidak mengenal najis? Padahal hal najis di Taurat
lebih berat daripada hukum Islam. Pendeta menjawab, dalam Kristen hal itu
tidak perlu karena di dalam tubuh kita juga ada najis.

Apakah surga itu bertingkat-tingkat menurut Kristen?

Pendeta menjawab, Tidak, dalam Kristen surga tidak bertingkat-tingkat.

Lalu kami bertanya, Mengapa dalam injil dikatakan ada surga rendah dan
surga tinggi?

Terdapat ramalan dalam Alkitab tentang kedatangan anak manusia Ia akan
berada di perut bumi tiga hari tiga malam seperti kejadian nabi Yunus di
dalam perut ikan. Siapakah dia?

Pendeta menjawab, Jelas ramalan untuk Yesus setelah kematian di kayu salib
dan dikubur di gua.

Akhirnya kami bertiga sama-sama menghitung. Dan berkali-kali, hasil
perhitungan itu adalah dua hari dua malam atau maksimal adalah tiga hari
dua malam dengan konsekuensi memasukkan hari minggu sebagai satu hari
penuh, padahal minggu pagi –sebelum matahari terbit- , kubur Yesus telah
kosong. Karena perhitungan tersebut tidak cocok dengan ramalan tiga hari
tiga malam, pertanyaan tersebut ditunda untuk didiskusikan pekan berikutnya.

Saat kami datang pekan berikutnya, pendeta sudah memiliki jawaban, yaitu
perhitungan hari orang Yahudi berbeda dengan kita.

Waktu itu kami tercengang, heran namun akhirnya tersenyum mengerti bahwa
sebenarnya pertanyaan ini tidak dapat dijawab oleh sang pendeta. Padahal
kejadian nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam di dalam gua selama
tiga hari tiga malam mestinya lebih bisa menjawab ramalan tersebut.

Ah, saudariku sebenarnya masih banyak pertanyaan-pertanyaan yang kami
diskusikan saat itu. Kiranya ini cukup untuk menggambarkan diskusi yang
terjadi saat itu. Pertanyaan-pertanyaan kami bukanlah pertanyaan yang berat
yang berkaitan dengan akidah. Bukan tentang trinitas ataupun ketuhanan
Yesus. Namun, itupun banyak yang tidak terjawab. Dan dalam diskusi ini, A
tidak pernah mendebat dengan dalil-dalil Islam, Al-Quran dan hadits.
Sehingga memang terkesan bahwa kami berdua sedang berguru kepada pendeta
tersebut.

Kami tidak pernah berdebat, menyalahkan atau mempermalukan beliau. Kami
tetap hormat, dan pertanyaan-pertanyaan yang kami ajukan berkesan layaknya
konfirmasi, Apakah ini benar, Mengapa seperti ini, dan semacamnya, kemudian
menilai jawaban yang pendeta tersebut berikan. Dan jika kami tahu
sebenarnya beliau tidak dapat menjawab pertanyaan kami, dan tampak
jawabannya dipaksakan, tidak logis (seperti tentang ramalan tiga hari tiga
malam), maka kami hanya tersenyum dan tidak memperpanjang pembahasan hal
tersebut. Saat itu, pendeta tersebut menganjurkan agar kami membaca buku
karangan seorang Pastor yang berjudul Gelar-Gelar Yesus. Namun, aku malah
mendapati, si pengarang justru mengatakan bahwa di Alkitab tidak ada yang
secara langsung menyebutkan bahwa Yesus itu Tuhan dan dia tidak pernah
menyatakan diri sebagai Tuhan. Sehingga anjuran ini justru menjadi semakin
menambah pertanyaanku dan memperbesar keraguanku akan iman Kristen.

Bersambung

***

Artikel muslimah.or.id


--
You are subscribed to email updates from "Muslimah.or.id."

0 tanggapan:

Posting Komentar

dipersilahkan untuk memberikan tanggapan, dengan memperhatikan adab sopan santun, dan ma'af jika saya tidak menampilkan komentar anda yang hanya ingin mengajak berdebat (kecuali jika memang perlu saya tanggapi akan saya berikan tanggapan) terima kasih