Sabtu, 07 Mei 2011

Ijazah Hadits Imam Al-Albany

Ijazah Hadits Imam Al-Albany


Syaikh Al-Albany memiliki ijazah hadits dari ‘Allamah
Syaikh Muhammad Raghib at-Tabbagh
yang kepadanya beliau mempelajari ilmu
hadits, dan mendapatkan hak untuk menyampaikan hadits darinya. Syaikh
Al-Albany
menjelaskan tentang ijazah beliau ini pada kitab Mukhtasar
al-‘Uluw
(hal 72) dan Tahdzir as-Sajid (hal 63). Beliau memiliki
ijazah tingkat lanjut dari Syaikh Bahjatul Baytar (dimana isnad dari
Syaikh terhubung ke Imam Ahmad). Keterangan tersebut ada dalam buku
Hayah al-Albany (biografi Al-Albany) karangan Muhammad
Asy-Syaibani. Ijazah ini hanya diberikan kepada mereka yang benar-benar ahli
dalam hadits dan dapat dipercaya untuk membawakan hadits secara teliti. Ijazah
serupa juga dimiliki murid Syaikh Al-Albany, yaitu Syaikh Ali Hasan
Al-Halabi
. Jadi, adalah tidak benar jika dikatakan bahwa Syaikh hanya
belajar dari buku, tanpa ada wewenang dan tanpa ijazah.


Dalam pembahasan ini, saya pikir tidak mengapa untuk memberikan
sedikit gambaran tentang kehidupan dan pekerjaan Syaikh Al-Albany agar
kita lebih yakin perihal kedudukan beliau dalam bidang ilmu hadits, semisal
penghormatan dari ulama-ulama lain yang ditunjukan kepada beliau. Mungkin satu
atau dua penjelasan pendek belumlah mencukupi, meski begitu, saya berharap
informasi ini cukup menarik dan dapat memberi semangat kepada para pembaca:
  1. Syaikh Al-Albany dilahirkan pada taun 1914 M di Asykodera,
    ibukota pertama Albania.

  2. Syaikhnya yang pertama adalah ayahnya, Al-Hajj Nuh An-Najjati, yang
    telah menyelesaikan belajar Syari’ah di Istanbul dan kembali ke Albania
    sebagai seorang ulama Hanafiyah. Di bawah bimbingan ayahnya, Syaikh
    Al-Albany
    belajar Quran, tajwid dan bahasa Arab, dan juga fiqh Hanafiyah.

  3. Beliau belajar fiqh hanafiyah lebih lanjut dan bahasa Arab dari Syaikh
    Sa’id al-Burhan.


  4. Beliau mengikuti pelajaran dari Imam Abdul Fattah dan Syaikh
    Taufiq Al-Barzah


  5. Syaikh Al-Albany bertemu dengan ulama hadits zaman ini, Syaikh
    Ahmad Syakir
    , dan beliau ikut berpartisipasi dalam diskusi dan penelitian
    mengenai hadits.

  6. Beliau bertemu dengan ulama hadits India, Syaikh Abdus Shamad
    Syarafuddin
    , yang telah menjelaskan hadits dari jilid pertama kitab
    Sunan al-Kubra karya An-Nasai, seperti halnya karya Al-Mizzi
    yang monumental
    , Tuhfat al-Asyraf, yang selanjutnya mereka berdua
    saling berkirim surat tentang ilmu. Dalam salah satu surat, Syaikh Abdus
    Shamad
    menunjukkan keyakinan beliau bahwa Syaikh Al-Albany adalah
    ulama hadits terbesar saat ini.

  7. Sebagai pengakuan terhadap keilmuannya mengenai hadits, pada tahun 1955
    Syaikh Al-Albany ditugaskan di Fakultas Syariah Universitas Damaskus
    untuk menganalisa dan meneliti secara terperinci mengenai hadits-hadits jual
    beli dan yang berhubungan dengan transaksi bisnis lain.
  8. Syaikh Al-Albany memulai pekerjaannya secara resmi pada bidang hadits
    dengan men-transkrip karya monumental Al-Hafidz al-Iraqy, yaitu
    Al-Mughni ‘an Hamlil-Ashfar -sebuah studi tentang beragam hadits- dan
    riwayat-riwayat pada karya terkenal Al-Ghazali, Ihya’ Ulumudin.
    Pekerjaan ini sendiri mencakup lebih dari 5000 hadits.

  9. Syaikh selalu mengunjungi perpustakaan Dhahiriyyah di Damaskus,
    sehingga kemudian beliau diberi kunci perpustakaan, karena beliau sering
    berada di sana dan belajar dalam waktu yang lama. Suatu hari, selembar kertas
    hilang dari manuskrip yang digunakan Syaikh Al-Albany. Kejadian ini
    menjadikan beliau mencurahkan seluruh perhatiannya untuk membuat katalog
    seluruh manuskrip hadits di perpustakaan agar folio yang hilang tersebut bisa
    ditemukan. Karenanya, beliau mendapatkan banyak ilmu dari 1000 manuskrip
    hadits, sesuatu yang telah dibuktikan beberapa tahun kemudian oleh Dr.
    Muhammad Mustafa A’dhami
    pada pendahuluan “Studi Literatur Hadits Awal”,
    dimana beliau mengatakan, “Saya mengucapkan terimakasih kepada Syaikh
    Nashiruddin Al-Albany
    , yang telah menempatkan keluasan ilmunya pada
    manuskrip-manuskrip langka dalam tugas akhir saya”.

  10. Syaikh Al-Albany kadang-kadang terlihat keadaannya yang amat miskin
    selama hidupnya. Beliau mengatakan sering mengambil sobekan-sobekan kertas
    dari jalan –biasanya berupa kartu undangan pernikahan-, yang kemudian
    digunakan untuk menulis haditsnya. Seringkali, dia membeli potongan-potongan
    kertas dari tempat pembuangan dan membawanya ke rumah untuk dipakai.

  11. Beliau senantiasa berkorespondensi dengan banyak ulama, terutama yang
    berasal dari India dan Pakistan, mendiskusikan hal-hal yang berhubungan dengan
    hadits dan agama pada umumnya, termasuk dengan Syaikh Muhammad Zamzami
    dari Maroko dan ‘UbaiduLlah Rahman, pengarang Mirqah al-Mafatih
    Syarh Musykilah al-Mashabih.


  12. Keahliannya dalam bidang hadits diakui oleh banyak ulama yang berkompeten,
    baik masa lalu maupun sekarang, termasuk Dr. Amin Al-Mishri, kepala
    Studi Islam di Universitas Madinah yang juga termasuk salah satu murid
    Syaikh Al-Albany, juga Dr. Syubhi Ash-Shalah, mantan kepala
    bidang Ilmu Hadits di Universitas Damaskus, Dr. Ahmad Al-Asal, kepala
    Studi Islam di Universitas Riyadh, ulama hadits Pakistan sekarang, ‘Allamah
    Badi’uddien Syah As-Sindi
    ; Syaikh Muhammad Thayyib Awkij, mantan
    kepala Ilmu Tasfir dan Hadits dari Universitas Ankara di Turki; belum lagi
    pengakuan dari Syaikh Ibn Baaz, Ibnul ‘Utsaimin, Muqbil bin Hadi, dan
    banyak lagi yang lain pada masa berikutnya.

  13. Setelah sejumlah hasil karyanya dicetak, selama tiga tahun Syaikh terpilih
    untuk mengajar hadits di Universitas Islam Madinah, sejak tahun 1381 H sampai
    1383 H, dimana beliau juga bertugas sebagai anggota dewan pengurus universitas
    (setelah itu beliau kembali ke tempat studi pertamanya dan mengkhidmatkan
    dirinya pada perpustakaan Adh-Dhahiriyyah). Kecintaan beliau pada
    Universitas Madinah dibuktikan dengan mewariskan seluruh koleksi perpustakaan
    pribadinya ke Universitas.

  14. Beliau mengajar dua kali sepekan di Damaskus, yang dihadiri oleh banyak
    mahasiswa dan dosen universitas. Di sini, Syaikh menyelesaikan pengajarannya
    pada karya klasik dan modern (edited):

    1. Fath al-Majid, karya Abdur Rahman bin Hushain Alu Syaikh
    2. Raudhah an-Nadiyyah karya Siddiq Hasan Khan
    3. Minhaj al-Islamiyah karya Muhammad As’ad
    4. Ushul al-Fiqh, karya al-Khallal
    5. Mustholah at-Tarikh, karya Asad Rustum
    6. Al-Halal wa al-Haram karya Yusuf Qardhawi
    7. Fiqh as-Sunnah karya Sayyid Sabiq
    8. Ba’its al-Hadits karya Ahmad Syakir
    9. At-Taghib wa at-Tarhib karya Al-Hafidz Al-Mundziri
    10. Riyadh ash-Shalihin karya Imam An-Nawawi
    11. Al-Imam fi Ahadits al-Ahkam, karya Ibnu Daqiqil ‘Ied


  15. Setelah menganalisa hadits-hadits pada kitab Shahih Ibnu Khuzaimah,
    seorang ulama hadits India, Muhammad Musthofa A’dhami (kepala Ilmu
    Hadits di Makkah), memilih Syaikh Al-Albany untuk memeriksa dan
    mengoreksi kembali analisanya, dan pekerjaan tersebut telah diterbitkan empat
    jilid, lengkap dengan ta’liq (catatan, red) dari keduanya. Ini adalah tazkiyah
    dari ulama yang lain atas keilmuan hadits Syaikh Al-Albany.

  16. Pada edisi dari himpunan hadits terkenal, Misykah al-Mashabih,
    penerbit Maktabah Islamy meminta Syaikh Al-Albany untuk
    memeriksa pekerjaan mereka sebelum diterbitkan. Pihak penerbit telah menulis
    pada bagian pendahuluan, ”Kami meminta kepada ulama hadits, Syaikh Muhammad
    Nashiruddin Al-Albany
    , untuk membantu kami dalam memeriksa Misykat
    dan bertanggung jawab untuk memberi tambahan hadits-hadits yang diperlukan dan
    meneliti serta memeriksa kembali sumber-sumber dan keasliannya pada
    tempat-tempat yang diperlukan, dan membetulkan kesalahan-kesalahan…”

  17. Hasil karya Syaikh yang telah dicetak, terutama pada bidang hadits dan
    ilmu perangkatnya (seperti ilmu Mustholah Hadits, Jarh wa Ta’dil, Rijalul
    Hadits, edit.)
    berjumlah sekitar 112 buku. Tujuh belas diantaranya
    sebanyak 45 jilid. Beliau meninggalkan manuskrip minimal tujuh puluh karangan.

  18. Telah terekam suatu kejadian (dan kejadian ini terdapat pada dua kaset –
    murid-murid beliau sering merekam pelajaran beliau), bahwa seorang laki-laki
    telah mengunjungi Syaikh Al-Albany di rumahnya di Yordania dan
    menyatakan bahwa dirinya adalah seorang Nabi! Bagaimana reaksi kita ketika
    berada pada situasi ini? Syaikh Al-Albany meminta lelaki itu duduk dan
    mendiskusikan pernyataannya tersebut dalam waktu yang lama (seperti yang saya
    katakana: ada pada dua kaset), sehingga pada akhirnya, si tamu tersebut
    bertaubat dari klaimnya itu dan semua yang hadir, termasuk Syaikh turut
    menangis. Pada kenyataannya, sudah berapa sering terdengar Syaikh
    Al-Albany
    menangis ketika berbicara mengenai Allah, Rasul-Nya, dan
    muamalah antar Muslim?

  19. Pada kejadian yang lain, beliau dikunjungi tiga orang yang kesemuanya
    menuduh Syaikh Al-Albany kafir. Ketika waktu sholat tiba, mereka
    menolak untuk bermakmum kepada Syaikh, karena tidak mungkin bagi seorang kafir
    menjadi imam sholat. Syaikh menerima hal ini, dan mengatakan bahwa menurut
    pandangannya, ketiga orang ini adalah Muslim, sehingga salah satu dari mereka
    berhak menjadi imam sholat. Tak lama kemudian, mereka bertiga berdebat lama
    sekali mengenai perbedaan di antara mereka sendiri, dan ketika waktu sholat
    berikutnya telah tiba, ketiga laki-laki ini mendesak untuk ikut sholat di
    belakang Syaikh Al-Albany !

  20. Selama hidupnya, Syaikh telah meneliti dan men-ta’liq lebih dari 30.000
    silsilah perawi hadits (isnaad) pada hadits-hadits yang tidak terhitung
    jumlahnya, dan menghabiskan waktu enam puluh tahun untuk belajar buku-buku
    hadits, sehingga buku-buku tersebut menjadi sahabat sekaligus berhubungan
    dengan ulama-ulamanya (pengarang kitab-kitab Sunnah tersebut, pent) (wbmstr
    Jilbab Online)




sumber: www.troid.org
Penerjemah: Webmaster
Jilbab Online (2003)
Muroja’ah: Abu
Hudzaifah
artikel dicopy dari sini

4 tanggapan:

Al-Ikhlas mengatakan...

Assalamu'alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh
Ini penting banget karna banyak orang yang menghina beliau dan menuduh beliau tidak berijazah
Syukran .. Jazakallahu Khayran

Unknown mengatakan...

@Al-Ikhlas
وعليكم السلام ورحمةالله وبركاته
semoga artikel di atas dapat menjawab tuduhan-tuduhan tersebut
وأنت جزاكالله خيرا

Mantan kiyai NU mengatakan...

Ust Abu Hanifah artikel di atas saya minta izin saya tampilkan di blog saya

Unknown mengatakan...

@Mantankyainu
Monggo silahkan...
تفضل
semoga lebih bermanfa'at lagi...
جزاك الله خيرا

Posting Komentar

dipersilahkan untuk memberikan tanggapan, dengan memperhatikan adab sopan santun, dan ma'af jika saya tidak menampilkan komentar anda yang hanya ingin mengajak berdebat (kecuali jika memang perlu saya tanggapi akan saya berikan tanggapan) terima kasih